ragamlampung.com — Muhammad Ridho Ficardo, Gubernur Lampung, usianya baru 36 tahun, sama seperti Zumi Zola, Gubernur Jambi. Muhammad Zainul Majdi, Gubernur NTB kini usianya 42 tahun dan Sugianto Sabran Gubernur Kalimantan Tengah usianya 43 tahun.
Keempatnya adalah gubernur paling muda yang sedang menjabat. Untuk seorang pemimpin daerah, mereka memiliki karir politik yang cepat dari lainnya. Padahal umumnya para gubernur di Indonesia usianya di atas 60 tahun.
Dari 34 gubernur yang kini menjabat, sebanyak 15 gubernur di Indonesia berusia di atas 60 tahun, 5 gubernur berusia 56-60 tahun, 5 gubernur berusia 51-55 tahun, 5 gubernur berusia 46-50 tahun, 2 gubernur berusia 40-45 tahun dan 2 gubernur di bawah 40 tahun.
Keempat gubernur muda ini punya kisah yang berbeda-beda saat meniti karier politik. Ridho, begitu panggilan akrab Gubernur Lampung yang sudah menjabat sejak 2014 itu. Saat dilantik usianya baru 33 tahun. Sebagai calon paling muda saat itu, Ridho menjadi bulan-bulanan. Namun, dia berhasil membungkam para rivalnya setelah memenangi 44,78 persen suara.
Meski baru pertama kali terjun ke dunia politik dan langsung menang, bukan berarti hanya faktor keberuntungan Ridho. Ridho merupakan anak dari Muhammad Fauzi Thoha salah satu direksi Sugar Group Companies, perusahaan gula besar di Lampung yang memproduksi Gulaku. Ridho bahkan sempat menjabat sebagai direktur di salah satu anak perusahaan Sugar Group Companies.
Zumi Zola tak kalah mencengangkan kemenangannya. Aktor berparas menawan yang pernah membintangi sejumlah film dan sinetron itu berhasil menumbangkan incumbent, Hasan Basri Agus di Pilkada 2015. Zumi yang diusung Partai Amanat Nasional menang telak dengan perolehan suara 60,25 persen.
Zumi sebenarnya hanya meneruskan kiprah politik ayahnya, Zulkifli Nurdin yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jambi selama dua periode. Setelah sang ayah turun jabatan, barulah Zumi terjun ke politik. Pada tahun 2011 dia pun terpilih sebagai Bupati Tanjung Jabung Timur.
Zainul begitu panggilan akrab Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) punya kisah sendiri. Lulusan Universitas Al-Alzhar Kairo ini memulai karier politik dengan maju sebagai anggota DPR RI. Tahun 2008, Zainul terpilih sebagai Gubenur NTB. Saat itu usianya baru 36 tahun.
Zainul pun bukan anak muda yang tiba-tiba besar dengan usaha sendiri. Dia lahir dari keluarga ulama besar di NTB. Kakeknya, TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid, pendiri organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW) dan pendiri Pesantren Darun-Nahdlatain. Dengan modal sosial itu, bukan hal yang sulit bagi Zainul untuk memimpin di NTB.
Beda dengan tiga gubernur muda lainnya, Sugianto Sabran punya patron sendiri. Sugianto adalah seorang pengusaha lokal sukses di Kalimantan Tengah. Bisnis kayunya moncer dan membuatnya cukup terkenal sebagai pengusaha sukses.
Pada 2009, Sugianto menjadi Anggota DPR dari partai PDI Perjuangan. Namun dalam perjalanannya, dia memutuskan maju dalam Pilkada Kota Waringin pada tahun 2010. Sugianto menang, tetapi muncul sengketa. Dia pun digugat ke Mahkamah Konstitusi. Hasilnya, kemenangan Sugianto pun dianulir karena terbukti ada kecurangan.
Kegagalan itu tidak lantas membuat Sugianto mundur dari politik. Dia kembali maju dalam Pilkada Kalimantan Tengah pada awal 2016. Dia pun menang dan resmi menjadi gubernur pada 25 Mei 2016. Saat menang, usianya baru 42 tahun.
Meski masih muda, namun keempat gubernur bukan berarti tidak memiliki kinerja yang baik. Masing-masing memiliki program unggulan. Dalam penilaian Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, keempatnya pun mendapat penilaian yang baik.
Ridho mendapat nilai CC yang berarti cukup baik atau memadai. Dari akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja bagi pertanggungjawaban. Meski demikian perlu banyak perbaikan, termasuk sedikit perbaikan yang mendasar. Begitu pula dengan Zumi dan Zainul. Mereka juga mendapat nilai CC dari Kemenpan.
Sementara Sugianto mendapat nilai B yang berarti akuntabilitas kinerjanya baik, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk manajemen kinerja, tetapi perlu sedikit perbaikan untuk sistems dan perlu banyak berfokus perbaikan soft systems.
Selain penilaian itu, masing-masing gubenur muda ini juga memiliki fokus program kerja yang berbeda-beda. Ridho, sebagai gubernur yang wiliayahnya didominasi perkebunan fokus dalam pembangunan infrastruktur jalan dan sarana pertanian dan perkebunan. Mulai dari pembangunan jembatan, jalan, embung, saluran irigasi dan penyediaan sarana air dan sanitasi. Program Ridho ini sejalan dengan latar belakangnya yang dekat dengan konglomerat industri gula di Lampung.
Zumi, meski mewarisi jejak ayahnya, cukup progresif dalam program kerja. Saat menjabat sebagai Bupati Tanjung Jabung Timur, dia memberikan beasiswa sejumlah mahasiswa jurusan pertanian dan bekerjasama dengan Universitas Jambi untuk riset pertanian.
Program tersebut dilanjutkannya ketika menjabat sebagai gubernur. Dia juga menjanjikan penyediakan eksavator (alat berat) di setiap kecamatan untuk kepentingan bertani, seperti membuat tanggul dan irigasi.
Zainul yang memimpin di daerah yang kaya dengan wisata alam yang mengagumkan meluncurkan program Visit Lombok Sumbawa (VLS). Selain itu, Zainul juga berkomitmen dalam pemberantasan buta aksara dan dunia pendidikan. Dia membuat program ABSANO (Angka Buta Aksara Nol) dan ADONO (Angka Drop Out Nol) serta pendidikan gratis bagi pelajar dari keluarga tidak mampu.
Lain lagi dengan Sugianto. Dia fokus pada menciptakan lapangan kerja dan pengentasan kemisikinan. Salah satu proyek besar yang digarapnya yakni merealisasikan Wilayah Pertambangan Rakyat.
Melihat kiprah para gubernur muda ini, memupuk optimisme bahwa generasi muda Indonesia memiliki kualitas. Meski beberapa yang muncul lantaran karena jejak politik keluarga, namun setidaknya mereka tampil dengan gagasan segar dan semangat perubahan.
Mungkin ini saatnya, mereka yang muda menggantikan mereka yang tua-tua. (ar)
Leave a Reply