ragamlampung.com — Doa bersama di kawasan Monumen Nasional pada 2 Desember 2016 lalu atau Aksi 212 masih menyisakan polemik, terutama mengenai jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Ketua Dewan Pembina Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Habib Rizieq Shihab mengklaim jumlah massa mencapai 7,5 juta orang.
“Aksi kemarin itu dari hasil foto Google Maps dan lain sebagainya menunjukkan kepadatan lebih dari dua kali lipat dari (demo) 4 November 2016. Berarti kalau 3,2 dua kali lipatnya 7,4 lebih dari itu diperkirakan 7,5 juta orang,” kata Rizieq, beberapa waktu lalu.
Dikutip dari tulisan Franky Tangkudung, Selasa (6/12/2016), sebagian pihak mengamini pernyataan tersebut, tapi ada yang malah menyebut klaim tersebut tidak masuk akal, bahkan menyindir kesalahan perkalian Rizieq.
Ia mengatakan, website Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, angka 7,5 juta mendekati seluruh jumlah populasi di Provinsi Sumatera Selatan yang berjumlah 7.450.394 orang atau semua penduduk Provinsi Lampung yang berjumlah 7.608.405. Itu berarti Sumsel atau Lampung harus mengosongkan provinsinya demi mencapai jumlah seperti itu.
Sebuah unggahan dari Wan Wan Nur di Facebook mengilustrasikan seberapa banyaknya tujuh juta orang itu.
Ia menulis bahwa jumlah penduduk pulau Bali cuma separuh dari 7 juta. Jumlah penduduk seluruh Aceh adalah 4.400.000 jiwa. Tujuh juta orang kalau diangkut dengan bus yang kapasitasnya 40 orang per bus. Itu membutuhkan 175.000 bus.
“Kalau satu bus panjangnya 12 meter, maka dibutuhkan jarak 2.100 km untuk bisa menyusun bus-bus itu satu persatu, secara dempet tanpa menyisakan celah sedikitpun,” katanya.
Sebuah perhitungan yang kini jadi viral di media sosial juga menyebutkan jumlah peserta aksi tak mencapai 7,5 juta orang. Mahasiswa doktoral bidang fisika asal Indonesia yang sedang studi di Universitas Oxford, Inggris, Muhammad Firmansyah Kasim memberikan perhitungan matematis.
Dia menghitung luasan jalan dari kawasan Tugu Tani, Monas, hingga Jalan Thamrin dan memprediksi berapa orang yang bisa muat dalam luasan itu.
“Dengan skala yang sama dengan sebelumnya, tiga orang per meter persegi, estimasinya adalah sekitar 757.840 orang dalam aksi tersebut. Jika kita menggunakan hitungan dua orang per meter persegi seperti sebelumnya, ada sekitar 505.227 orang,” katanya.
Namun, estimasi dua orang per meter persegi dinilai tidak terlalu pas karena salat membutuhkan tempat yang lebih luas, seperti yang ditanggapi Poltak Hotradero melalui akun Twitternya @hotradero.
“Kalau ada yang bilang permukaan 1×1 meter bisa cukup buat berdua, saya mau lihat kayak apa sirkusnya. Maka, ruang per orang yang mencukupi di bidang datar sempurna adalah sekitar 1×1 meter. Boleh kurang dikit,” katanya.
Dia menambahkan, hal tersebut kurang bisa diterima akal sehat karena angka 7,5 juta orang terlalu banyak untuk dikumpulkan dalam area sebesar itu.
“Bukan matematikanya yang penting, tapi alur berpikirnya. Penerapannya bisa apa saja. Berguna agar nggak gampang ditipu orang,” kicaunya.
Seorang netizen, Reza Lesmana juga memberikan hitungan matematisnya. Dia mengasumsikan setiap orang menggunakan 0,7 m2 untuk saf salatnya.
“Area-area yang diasumsikan dipakai untuk salat Jumat saya gambar di atas foto satelit Monas dan sekitarnya (dari Google Map) menggunakan aplikasi Inkscape, sebuah editor gambar vektor. Aplikasi tersebut mempunyai tool untuk menghitung luas wilayah. Dari situ saya peroleh total area sejumlah 218.000 m2. Maka jumlah peserta aksi = 218.000/0,7 = ~311.000,” tulisnya.
Dia lalu memperluas area dan memperbarui hitungannya. Daerah yang dipakai salat Jumat berjamaah mulai dari Silang Monas Tenggara, Medan Merdeka Selatan dan Kebon Sirih. Jalan Sabang juga dipakai hingga Jakarta Theater. Ini tidak termasuk jamaah di masjid Istiqlal yang jika penuh mencapai 100 ribu orang.
“Dengan update di atas hitungan luasnya menjadi: 298.000 m2. Dan jumlah jamaah sekitar 426.000,” tulisnya.
Dia menambahkan, jika hitungan ini bukan untuk membuat tersinggung pihak lain, namun hanya sekadar hitung-hitungan sederhana.
“Saya tidak mengklaim model atau asumsi yang saya gunakan yang paling benar. Jadi saya harap tidak ada yang perlu tersinggung. Jika Anda punya model lebih baik untuk menghitung, silakan berbagi di sini. Terima kasih sudah mampir,” tulisnya.
Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta mencatat jumlah total penduduk DKI Jakarta pada 2015 sebanyak 10,2 juta jiwa. Angka 7,5 juta jiwa itu kurang lebih setara 75 persen penduduk Jakarta dikumpulkan dalam satu waktu dan tempat.
Tiga provinsi di Sulawesi yakni Sulawesi Utara berpenduduk 2.270.596 orang, Sulawesi Tengah berpenduduk 2.635.009 orang dan Sulawesi Tenggara berpenduduk 2.232.586 orang. Jika ditotal mendapat jumlah 7.138.191 orang, yang berarti meski penduduk di tiga daerah ini mengosongkan provinsinya secara bersamaan masih kalah jumlah dengan peserta doa bersama tersebut. (ar)
Leave a Reply