ragamlampung.com — Hujan yang terus mengguyur di sejumlah wilayah Kabupaten Tulangbawang Barat, mengakibatkan aktivitas petani terganggu.
Yang paling merasakan dampaknya adalah petani karet dan petani padi, karena saat ini melakukan panen padi musim tanam pertama (rendeng).
Hujan yang turun dengan waktu dan intensitas tak pasti, membuat petani karet tak ada pilihan lain selain berdiam diri di rumah. Jika dipaksakan akan berdampak kualitas perkebunannya, meskipun tak sedikit pula dari mereka tetap nekat menderes karetnya.
Sementara para petani padi terpaksa menunda panen, sebab mereka juga khawatir hujan akan merusak hasil panennya.
Kardi (38), petani karet di Kecamatan Tulangbawang Udik mengatakan, sudah beberapa hari ini aktivitas rutinnya sebagai penderes karet terganggu.
“Hujan akhir-akhir ini tidak menentu, kadang malam, siang, pagi, sore, bahkan subuh. Jadi bingung, khawatirnya kalau tetap ngederes justru kena hujan dan bisa merrusak batang karet,” katanya, Selasa (21/2/2017).
Sebenarnya petani bisa menderes setelah hujan, tapi harus berani menghadapi risiko. “Kalau dipaksakan juga percuma, baru dapet setengah, tiba-tiba hujan jadi kacau. Sudah cape, tapi tidak hasil justru merusak. Padahal, sayang kalau tidak dideres, harga karet sekarang lumayan tinggi,” ujarnya.
Pur (52), petani padi mengatakan, jika hujan turun pada siang hari, maka para petani terpaksa menunda panen padi milik mereka, meskipun areal sawah yang akan dipanen tidak begitu luas
Musim tanam rendeng ini memang selalu bertepatan dengan musim hujan, sebab terkait dengan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan dalam budidaya tanaman padi irigasi tersebut. Tapi, akhir-akhir ini intensitas dan curah hujan di wilayahnya sudah jauh menurun dibandingkan 1-2 bulan lalu.
“Walaupun sudah jarang hujan, petani masih sering was-was, karena musim hujan belum habis sementara sekarang ini sudah memasuki panen. Kalau dipaksakan panen ketika hujan, padinya bisa jadi kecambah akibat basah kena hujan. Walapun bisa dipanen, tapi masih terkendala lagi saat menjemurnya,” katanya.
Sarno (40) petani lainnya, mengatakan, akibat hujan yang turun tidak beraturan, mereka sering menghentikan aktivitas panen tiba-tiba.
“Petani repot. Tetap bisa dipaksakan, tapi harus siap repot jika hujan mendadak turun. Apalagi akhir-akhir ini hujan tidak menentu turunnya,” ujarnya. (ar)
Leave a Reply