ragamlampung.com – Pemerintah Provinsi Lampung memang sudah mengetahui harga karet yang terjun bebas di pasaran hingga Rp 4 ribu per kilogramnya. Saat ini, Pemprov Lampung sedang mengupayakan peningkatan harga dengan beberapa pilihan.
Kepala Dinas Perkebunan Lampung Edi Yanto mengatakan, selain memang pasokannya yang melimpah, harga komoditas ini juga terpengaruh oleh anjloknya harga minyak dunia. “Identifikasi permasalahannya adalah, ini kan komoditi yangterpengaruh oleh harga internasional, sementara saat ini minyak masih dalam keadaaan turun harga. Memang ini menjadi PR kita,” kata Edi.
Khusus untuk karet dengan substitusi karet sintetis, sangat berpegaruh besar di Lampung. Dimana, secara makro, banyak Negara-negara baru penghasil karet. “Selain menjadikan over supply, juga persaingan menjadi bertambah banyak,” kata dia .
Untuk itu, yang harus dilakukan adalah saat ini kami berupaya untuk meningkatkan kualitas produk dengan pengelolaan pasca panen. Dengan peningkatan kualitas ini, dia berharap petani bisa mendapatkan harga terbaik. ”Yakni dengan intensifikasi peningkatan produk. Bagaimana meningkatkan kualitas misalnya, dengan lebih membuat petani bisa menjaga keadaan getah karet dan tanaman pohon,” kata dia.
Senada Asisten II Bidang Ekbang Adeham mengatakan permasalahan harga karet dan sawit ini dinilai memang terjadi karena memang stok yang melebihi batas dan penurunan harga minyak dunia. Selain peningkatan kualitas. dia juga mengatakan ada pun penggunaan sistem resi gudang (SRG) untuk mengatasi melemahnya harga karet, juga bisa menjadi alternatif.
“Saya kira, karet ini kan, life timenya panjang. Bisa saja (pakai SRG), tetapi kondisi (gudangnya) harus disiapkan, nanti kita koordinasikan, ” kata dia.(tedi)
Leave a Reply