ragamlampung.com — Selama dua tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Indonesia mengalami beberapa ketegangan yang menguras tenaga, bahkan mengancam persatuan negara.
Dalam upaya meredam tensi politik tersebut, ada nama yang selalu dilibatkan oleh Presiden Jokowi, yakni rivalnya di Pemilihan Presiden 2014, Prabowo Subianto.
Yang patut dicermati adalah Presiden Jokowi lebih memilih bertemu Prabowo untuk mendinginkan suasana, ketimbang tokoh politik lain, misalnya Susilo Bambang Yudhono, yang justru tidak pernah menjadi rival politik vis a vis dengan dirinya.
Yang mengetahui secara pasti tentu hanya Jokowi. Namun, masyarakat bisa menilai bahwa Jokowi kemungkinan lebih nyaman ketika berbicara dengan mantan menantu Soeharto itu, ketimbang duduk berdua dengan SBY.
Kedua, Jokowi memiliki pertimbangan bahwa Prabowo memiliki jaringan dan pendukung di akar rumput yang lebih kuat ketimbang SBY, terutama dari basis massa Islam.
Di samping itu, gaya diplomasi Jokowi yang ingin mendamaikan semua orang kemungkinan turut memengaruhi pilihannya bukan pada SBY, karena dapat menyinggung Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Semua orang mafhum bahwa perseteruan SBY dengan Megawati sangat mendarah daging.
Jika kita rekam, sejumlah peristiwa yang di dalamnya Presiden Jokowi harus bertemu Prabowo antara lain
Sebelum pelantikan
Tiga hari menjelang pelantikan presiden pada 20 Oktober 2014, Jokowi mengunjungi Prabowo di kediamannya di Jalan Kertanegara, Jakarta.
Pertemuan Jokowi dan Prabowo din pagi hari tersebut tergolong signifikan karena suasana politik kala itu sangat panas. Pertemuan Jokowi-Prabowo yang hanya empat mata juga berdekatan dengan ulang tahun Prabowo ke-63.
Jabat erat, senyum dan sederet pernyataan teduh dari kedua tokoh usai pertemuan mampu mendinginkan suasana politik yang saat itu masih memanas pascapilpres.
KPK vs Polri
Kisruh cicak versus buaya jilid II menjadi isu politik terpanas pertama usai Jokowi menjabat. Kala itu, KPK menetapkan calon Kapolri Komisaris Jenderal Pol Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi. Di sisi lain, Polri juga menyeret ketua KPK Abraham Samad dan wakilnya Bambang Widjojanto sebagai tersangka.
Suasana menjadi tegang karena kedua institusi penegak hukum terkesan saling sandera. Masyarakat pun turut menyumbang bara melalui demonstrasi dan sejumlah media sosial. Di situasi seperti ini, Jokowi pun mengundang Prabowo ke Istana Bogor pada 29 Januari 2015.
Dalam pertemuan tersebut, Prabowo mengakui jika dirinya diajak bicara terkait isu yang sedang berkembang.
“Tadi kita singgung sebentar komitmen beliau memperkuat, menjaga semua institusi negara, saya juga dukung baik Polri dan KPK sama-sama harus kita jaga,” mengutip pernyataan Prabowo usai pertemuan.
Prabowo juga menegaskan akan mendukung langkah-langkah yang diambil pemerintah. Suasana menjadi reda ketika Budi Gunawan menang pada gugatan praperadilan, dan Jokowi membatalkan pencalonannya. Kasus Abraham dan Bambang juga dideponering melalui putusan Kejaksaan Agung.
Yang juga menarik dalam kasus tersebut adalah Jokowi tidak “sowan” ke SBY: padahal, pimpinan KPK yang masih aktif dipilih di eranya.
Kisruh Pilkada DKI 2017
Kasus terakhir ini dipicu tuntutan untuk mengadili calon petahana Basuki Tjahaja Purnama terkait kasus penistaan agama. Sebelum demo akbar yang dikoordinir beberapa Ormas Islam pada 04 November kemarin, Jokowi juga mendatangi kediaman Prabowo di Hambalang.
Resonansi kasus penistaan agama yang dituduhkan ke Ahok menggema ke mana-mana, bahkan hingga dituding awal dari impor konflik sektarian seperti di Suriah dan Irak. Oleh sebagian kalangan, kasus tersebut dinilai sebagai kesempatan untuk menjegal kesempatan Ahok menjadi gubernur untuk kedua kali. Bahkan, ada kekhawatiran demo diarahkan untuk menggoyang pemerintahan Jokowi.
Karena itu, Jokowi merasa kembali perlu untuk mengunjungi Prabowo. Untuk membicarakan persoalan ini, Prabowo sebenarnya bersedia untuk mendatangi Istana Negara, demi menghormati Jokowi sebagai pemimpin tertinggi.
Namun, Luhut binsar Pandjaitan sebagai penyampai maksud kunjungan presiden meyakinkan Prabowo jika kunjungan Jokowi kali ini adalah untuk memenuhi janji pada 2014, yakni besilaturahmi ke kediaman Ketum Gerindra itu di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Akhirnya, Prabowo pun sepakat menjadi tuan rumah.
Keakraban yang ditunjukkan keduanya mampu menjadi peredam rencana demo besar-besaran oleh massa dari seluruh Indonesia, di samping peran maklumat dari NU dan Muhammadiyah yang secara kelembagaan tidak menganjurkan untuk turun ke jalan.
Pada pertemuan tersebut, kedua tokoh nasional membicarakan seputar keamanan, ekonomi nasional, sampai urusan berkuda. Jokowi dan Prabowo menemukan titik kesepakatan bahwa negara ini harus dikelola dengan demokrasi yang baik. Boleh saja orang berbeda pendapat dalam berpolitk, tapi persatuan harus nomor satu.
Prabowo dan Jokowi dapat dijadikan model politik di Indonesia bahwa rivalitas politik itu biasa, tapi persahabatan harus tetap dipegang sehingga tidak melahirkan dendam kesumat. Keduanya harus dijadikan teladan oleh elit-elit di Indonesia tentang bagaimana seharusnya menjadi pemimpin pada koridor yang benar. (rimanews/ar)
Leave a Reply