Panglima TNI Dikabarkan Bakal Diganti

Share :

panglima-tni-jenderal-gatot-nurmantyo
ragamlampung.com — Direktur Eksektutif Lembaga Indonesia Club Gigih Guntoro mengatakan, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dikabarkan dicopot dari jabatannya,

Gigih mengatakan, kabar itu beredar setelah pertemuan jenderal-jenderal di Istana Negara beberapa waktu lalu. Tapi, kepastian penggantian Panglima TNI tergantung Presiden sebagai pemegang hak prerogatif.

“Isu ini santer beredar di kalangan Istana. Kita lihat saja nanti,” katanya, Rabu (9/11/2016).

Jenderal Gatot, kata dia, dipanggil Presiden ke Istana, dan ada upaya untuk menggeser Gatot, karena seharusnya, jatah Panglima TNI memang bukan dari Angkatan Darat. “Santer beredar isu seperti itu,” ujar Gigih.

Indonesia Club adalah lembaga yang mengaku fokus menyoroti kebijakan pemerintah di bidang politik. Pada Minggu (13/11/2016), lembaga itu berencana menggelar diskusi isu pencopotan Panglima TNI.

Dalam undangan itu dilansir dari rimanews, disebutkan, diskusi bertajuk “Ada Apa di Balik Rencana Presiden Jokowi Mengganti Jenderal Gatot sebagai Panglima TNI Sebelum Masa Pensiun?” akan digelar di sebuah restoran di Jalan HOS. Tjokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, dimulai pukul 14.00 WIB.

Sejumlah nama tercatat sebagai pembicara. Antara lain, mantan Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno, anggota Komisi I DPR, Effendi Simbolon, Mahfudz Siddiq, pakar hukum tata negara Margarito Kamis, aktivis Haris Rusly, pengamat intelijen John Helmi Mempi, dan relawan Projo Budi Arie Setiyadi.

“Pembicara masih tentatif, bisa berubah jika yang bersangkutan berhalangan hadir,” demikian keterangan yang ditulis dalam undangan.

Ketika berbicara di acara “ILC” TV One, Selasa (8/11/2016) malam, Panglima TNI mengatakan sebagai prajurit, dia telah bersumpah taat dan patuh kepada atasannya dan tidak akan membantah perintah atasan.

“Demi Allah saya bersumpah taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan. Apabila saya berkeinginan menjadi Presiden, maka saya melanggar sumpah saya,” ujar Gatot.

Gatot juga menyampaikan, lebih baik jadi tumbal kebhinekatunggalikaan ketimbang menjadi presiden. “Umur saya juga sudah 56 tahun. Lebih baik saya menjadi tumbal melaksanakan tugas umenjaga kebhinekaan daripada saya menjadi presiden,” katanya menegaskan. (ar)

Share :