ragamlampung.com — PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA terus memperbesar bisnis gula. Manajemen menargetkan pembangunan pabrik gula di Terbanggi, Lampung Tengah, masuk tahap commissioning akhir tahun ini dan beroperasi tahun depan. TBLA juga akan menambah kebun tebu di Lampung hingga 12 ribu hektare.
“Pembangunan pabrik gula menelan investasi 100 juta dolar AS. Kapasitas produksinya mencapai 8.000 ton–12.000 ton per hari. TBLA juga memiliki pabrik gula rafinasi berkapasitas 216.000 ton per tahun,” kata Presiden Direktur TBLA Sudarmo Tasmin.
Direktur Keuangan TBLA Mawarti Wongso menambahkan, pihaknya tahun depan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp700 miliar–Rp800 miliar. Dari jumlah itu, sebesar 70 persen digunakan untuk pemeliharaan kebun tebu dan kelapa sawit, sisanya untuk penanaman di lahan baru.
”Tahun depan, belanja modal kami tidak mencapai Rp1 triliun seperti tahun ini,” kata dia, dilansir Selasa (15/11/2016).
Anak perusahaan CV Bumi Waras itu juga optimistis menghadapi bisnis tahun depan. Karena itu, anak perusahaan raksasa CV Bumi Waras ini memproyeksikan penjualannya selama tahun 2017 tumbuh 20 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp7,5 triliun.
Sedangkan laba bersih diperkirakan naik 30 persen (yoy) menjadi Rp780 miliar. Tahun ini, TBLA mengharapkan penjualan tumbuh 13 persen (yoy) menjadi Rp6 trililun, laba bersihnya melonjak 205 persen (yoy) jadi Rp600 miliar.
Presiden Direktur TBLA Sudarmo Tasmin optimistis target tersebut tercapai. “Peningkatan bisnis terjadi di semua lini usaha, termasuk bisnis olahan kelapa sawit dan tebu. Kenaikan harga jual crude palm oil (CPO) pun mengerek margin keuntungan TBLA,” kata dia.
Ia mengatakan, saat ini, kontribusi penjualan minyak goreng sawit atau olein menyumbang 29 persen total penjualan TBLA. Kemudian gula 28 persen, minyak inti sawit (PKO) 8 persen, biodiesel 8 persen, dan CPO sebesar 6 persen. Sisanya berasal dari penjualan asam lemak kelapa sawit, tebu, biji sawit, bungkil sawit, mentega serta sabun cuci.
Dari lini biodiesel juga menguntungkan, terakhir perusahaan itu mendapat kontrak enam bulan suplai ke Pertamina sebanyak 66.000 kiloliter dengan harga Rp8.700 per liter, katanya. (ar)
Leave a Reply