ragamlampung.com — Pengguna jalan saat berada di Jalan Lintas Timur Sumatera (Jalinsum), tepatnya di perbatasan Kabupaten Mesuji dengan Kabupaten Tulangbawang, Lampung, kerap menjadi korban pungutan liar oknum warga setempat yang memanfaatkan jalan rusak di wilayah itu.
Oknum warga yang diduga kelompok preman bersenjata api rakitan itu biasanya berpura-pura menjaga jalan yang rusak. Kemudian meminta sejumlah uang kepada setiap pengendara yang melewatinya. Jika tidak dipenuhi akan terjadi tindak kriminal.
Sejumlah sopir truk yang ditemui di perbatasan Kabupaten Mesuji dan Tulangbawang, Minggu (18/12/2016), menuturkan, pungli oknum warga bervariasi. Siang hari, pengguna jalan dimintai paksa membayar Rp50 ribu sekali lewat di jalanan rusak. Dan pungutan membesar pada malam hari mencapai Rp100 ribu.
“Sebetulnya kami keberatan bayar pungutan ini, tapi terpaksa memberikannya. Daripada dirampok lebih baik kasih saja uangnya,” kata seorang sopir bus lintas provinsi yang melewati Jalinsum itu.
Keluhan serupa disampaikan sopir truk, Hari (40) yang membawa kendaraannya dari Jawa Tengah menuju Jambi dan melewati Kabupaten Tulangbawang Perbatasan dengan Kabupaten Mesuji.
Menurut dia, begitu sampai di titik Jalintim yang rusak, ada puluhan orang menghentikan kendaraannya dan berpura-pura mengatur lalu lintas serta mengawal kendaraan supaya aman.
Mereka kemudian meminta bayaran, dan bila dikasih uang recehan, mereka marah-marah dan mengancam merusak kendaraan.
Pengguna kendaraan yang menggunakan mobil pribadi juga jika melewati jalan rusak di Jalintim itu pada malam hari, cemas.
“Beberapa waktu lalu, kami pernah terjebak saat lewat malam hari dan hujan lebat. Kami tidak tahu kalau jalan rusak dan bergelombang. Tiba di titik jalan itu, mobil kami berhenti dan tiba-tiba dari semak-semak keluar beberapa orang diduga preman setempat. Mereka langsung minta sejumlah uang,” kata Hari.
Karena terdesak dan tak mungkin berputar balik arah, ia terpaksa memenuhi permintaan orang tak dikenal itu. Tak cuma uang, telepon genggam dan barang berharga lainnya milik sopir, diminta paksa oleh
mereka.
Pono (45), sopir angkutan barang lainnya mengaku punya cara khusus menghindari aksi preman di jalan yang dinilai rawan. Dia menggunakan jasa pengamanan lokal yang mudah ditemui di jalur yang mereka lintasi.
“Daripada kena palak, lebih baik bayar jasa pengamanan. Paling dikasih Rp150 ribu. Biasanya ada yang mengawal untuk melintas titik rawan,” ujarnya.
Pengusaha ekspedisi di Lampung Sony membenarkan maraknya aksi pungli di Jalinsum tersebut. “Hampir semua wilayah ada pungli di jalan, Di Kabupaten Mesuji perbatasan Kabupaten Tulangbawang minimal harus keluar uang Rp50 ribu. Sebenarnya kami tidak nyaman, tapi mau bagaimana lagi,” kata dia.
Aksi itu, kata dia, membuat pengusaha tidak nyaman karena mereka mengkhawatirkan keselamatan pengemudi dan barang yang diangkut.
“Sebenarnya ini membuat tidak nyaman khususnya sopir dan barang-barang kami, Kalau mobil pecah kaca, barang dirampok, kami sudah pernah mengalaminya,” ujarnya. (ar)
Leave a Reply