ragamlampung.com — Kebijakan Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengerahkan pelajar Muslim turut membantu membersihkan gereja, mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak.
Salah satunya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat, yang meminta segera dihentikan karena kontraproduktif dengan sikap toleransi yang ingin dibangun.
Keterangan yang dihimpun, Minggu (25/12/2016), Bupati Dedi, Kamis lalu mengerahkan sejumlah pelajar di Purwakarta untuk membersihkan gereja. Ia beralasan pengerahan pelajar itu supaya sejak dini tercipta toleransi antarmereka yang berbeda keyakinan.
Cara yang ditempuh Dedi itu mendapat reaksi dari berbagai pihak, di media sosial pun netizen menilai ia berlebihan.
MUI kemudian mengirimkan surat kepada pemda setempat meminta kegiatan seperti itu segera dihentikan.
“Dari sudut pandang akidah islamiyah, kegiatan tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai tauhid karena dua aspek, yaitu hukum masuk ke gereja tanpa alasan darurat dan hukum mendukung peribadahan agama lain. Sehingga kegiatan tersebut sangat bisa merusak akidah siswa-siswi,” tulis surat MUI.
MUI menilai, kondisi Purwakarta sudah kondusif dalam toleransi beragama tanpa kegiatan semacam itu. Umat Islam di kabupaten ini sudah sangat toleran sejak dari dulu dengan tidak menghalang-halangi dan mengganggu umat agama lain melaksanakan ajaran agamanya.
“Banyaknya perbincangan di medsos dan timbulnya banyak pertanyaan dari masyarakat tentang hal tersebut cukup menjadi bukti bahwa kegiatan tersebut kontraproduktif dengan toleransi dan kerukunan yang diharapkan,” demikian pernyataan MUI.
Di media sosial pun netizen mengkritiknya. Akun Enru Mul menulis di Facebook, “Bupatinya masuk angin..” Sedangkan akun Wawan Septiawan mengatakan sebagai kegiatan salah kaprah.
“Yang namnya toleransi itu punya batasan tertentu itu yg patut dipahami terlebih dahulu,” tulis akun Muazry Fajar Syahputra. (ar)
Leave a Reply