ragamlampung.com — Seorang mantan personel kepolisian Filipina, Arturo Lascanas mengaku telah membunuh sekitar 200 orang bersama “pasukan kematian” yang dibentuk di bawah komando Presiden Rodrigo Duterte saat masih menjabat sebagai Wali Kota Davao.
Pengakuan itu ia kemukakan saat sidang di Senat Filipina, Senin (6/3/2017). Lascanas mengaku menghabiskan 300 nyawa secara pribadi dan sekitar 200 orang sebagai bagian dari pasukan kematian Davao. Ia mengakhiri operasinya dengan satu aksi pembunuhan pada 2015 lalu.
Seperti diberitakan cnnindonesia, setelah diangkat menjadi pengawal pribadi Duterte, Lascanas mengaku sudah dua kali membunuh lawan politik atas perintah bosnya tersebut. Fakta ini pertama kali terkuak dalam sidang dua pekan lalu. Saat mengakui perbuatan tersebut, Lascanas bercucuran air mata karena ketakutan.
Saat itu, Lascanas mengaku bahwa selama ini, ia terus berbohong di hadapan Senat Filipina karena takut keluarganya terjerumus dalam bahaya jika mengakui keberadaan “pasukan kematian” itu.
Setelah menjabat sebagai presiden pada Juni tahun lalu, Duterte langsung mencanangkan kampanye perang terhadap narkoba. Sejak saat itu lebih dari 8.000 orang terduga pengedar narkoba tewas tanpa proses peradilan yang jelas. (ar)
Leave a Reply