ragamlampung.com – Peringatan Hari RA Kartini merupakan momentum kebangkitan jiwa kaum wanita Indonesia yang dipelopori oleh R.A Kartini. Karena kesuksesannya memperjuangkan hak-hak wanita ditengah jaman penjajahan Belanda pada saat itu.
“Peringatan Hari Kartini yang senantiasa kita peringati setiap tahun hendaknya dijadikan sebagai semangat untuk terus bangkit dari ketertinggalan menuju wanita Indonesia yang bermatabat. Sebuah Bangsa akan maju tergantung pada kualitas perempuan, dan dibalik suksesnya sebuah keluarga akan ada perempuan yang kuat dan tabah memikul beban, baik sebagai seorang istri, seorang ibu, seorang karyawati dan seorang masyarakat yang baik dan berkepribadian,” ungkap Sekda Tuba Sobri saat membacakan sambutan Bupati Tuba dalam Peringatan Hari RA. Kartini Tahun 2017 yang digelar di GSG Menggala, Rabu, (19 April 2017).
Sobri menyebut tema Peringatan Hari Kartini tahun ini adalah “DENGAN SEMANGAT KARTINI MEMPERKUAT DAYA CIPTA DAN KREATIFITAS PEREMPUAN KEKINIAN“. Para wanita Indonesia khususnya wanita di Kabupaten Tulang Bawang terus berupaya meningkatkan perannya demi kemajuan Bangsa dan Negara tanpa melupakan kodratnya sebagai seorang wanita.
Apalagi sebagai wanita yang dibesarkan dalam tata cara adat ketimuran dimana wanita adalah lambang keluwesan, kelembutan, keindahan dan kesopanan.
Perempuan merupakan tokoh sentral yang memiliki kemampuan dan kapasitas yang luar biasa besar dalam membentuk karakter bangsa. Kemampuan ini tentunya memerlukan pondasi yang kuat serta rasa percaya diri yang tinggi. Dan dengan kemampuan inilah pula yang mendasari Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak perempuan, sehingga mampu memberikan perubahan tatanan kehidupan masyarakat terutama yang terkait dengan posisi kaum wanita. Atas perjuangan RA Kartini itulah, kini kita bisa melihat perempuan-perempuan Indonesia yang hebat, tidak hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga tetapi juga ikut berpartisipasi dalam memberi warna kehidupan masyarakat dengan berbagai kegiatan-kegiatan pembangunan dan sosial.
“Jika kita bicara tentang posisi kaum perempuan, berarti kita bicara tentang kesetaraan gender atau persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Namun dalam realitanya sering terjadi bias gender, dimana banyak pemahaman yang keliru bahwa kebebasan dan kesetaraan gender itu mengharuskan perempuan beraktivitas di luar rumah. Oleh karena itu, dibutuhkan kearifan dari kita semua untuk memberikan pemahaman dalam konteks yang lebih luas tentang tugas seorang perempuan secara kodrati, yang dimulai dari bagaimana memaksimalkan kemampuan perempuan dalam pembentukan karakter hingga mempersiapkan anggota keluarga ketika keluar rumah untuk bersosialisasi dalam masyarakat,” sebutnya.
Dalam kaitan pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang khususnya pemberdayaan perempuan, banyak program pembangunan yang harus menjadi fokus dan membutuhkan partisipasi dari kaum perempuan untuk menjadi motor penggerak. Antara lain bagaimana upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, menurunkan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), pendidikan dasar sembilan tahun, mendukung kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, keikutsertaan perempuan dalam memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan lain sebagainya.
“Kita semua tentu berharap, peringatan Hari Kartini tahun ini dapat menjadi momen kebangkitan kaum perempuan, untuk ikut berpartisipasi dan berusaha memberikan yang terbaik bagi kemajuan pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang,” ungkapnya.
Sementara, Penasehat Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Tuba, Erna Suud SH mengatakan,Raden Ajeng Kartini merupakan sosok wanita Indonesia yang memberi arti bagi kaum perempuan untuk memperjuangkan hak dan derajat kaumnya. Meski hidupnya singkat, namun pemikirannya demi kemajuan perempuan mampu menembus puluhan dekade yang tertuang dalam kumpulan surat-suratnya yang berjudul “Habislah Gelap Terbitlah Terang”. Pada zaman dahulu, kaum wanita memiliki derajad yang rendah dibandingkan kaum laki-laki. Wanita dipandang sebagai kaum lemah dan juga dianggap sebagai pelayan para kaum laki-laki. Oleh sebab itu, mereka selalu tertindas dan sering kali juga tidak pernah mendapatkan hak-haknya.
Melihat kenyataan ini, RA Kartini merasa iba. Hatinya tergugah untuk melakukan sesuatu dan menyelamatkan kaumnya dari ketidak adilan ini.
Atas dasar motivasi tersebut, maka beliau bersama teman-temanya mendirikan sebuah sekolah bagi para wanita yang pertama di Indonesia. Ibu Kartini bersama teman-temannya mengajarkan kaum wanita pada saat itu ilmu-ilmu yang bermanfaat, seperti berhitung, membaca dan masih banyak lagi. Atas perjuangannya tersebut perlahan-lahan derajad kaum wanita naik dan mulai setara dengan kaum laki-laki. Sudah sepatutnya sebagai wanita kita harus meladeni sikap-sikap yang dimiliki oleh Ibu Kartini.
”Untuk itu saya berharap Kaum perempuan di Kabupaten Tulang Bawang hendaknya selalu kritis dalam melihat isu-isu yang sedang berkembang dalam masyarakat dan membuat penyelesaian secara antisipasif. Kita tidak bisa tinggal diam melihat kemerosotan moral yang terjadi saat ini seperti kekerasan terhadap kaum perempuan dan anak. Kiranya kita tetap bersatu dan berpartisipasi bagi bangsa kita sendiri. Rasa percaya diri, akan membawa dampak yang positif bagi masyarakat sehingga kita tetap berjaya di negara kita,” papar Erna. (adv)
Leave a Reply