ragamlampung.com – Sebanyak 311 tokoh masyarakat di Lampung Tengah bakal menerima gelar dari kesuttanan adat Jurai Siwo dalam Gawi Agung Bejuluk Beadek Lampung Tengah yang bakal digelar Rabu, (19/7/2017). Massa dari berbagai elemen diprediksikan bakal meramaikan acara tersebut.
Ketua panitia penyelenggara Muhtaridi Putra Negara menerangkan rangkaian Gawi Agung Bejuluk Beadek diawali dengan kumpul di Lapangan Merdeka Gunungsugih pagi sekitar 07.30 WIB.
Disini bakal berkumpul para tokoh adat dari 9 kebuayan yakni Kebuayan Nunyai, Unyie, Subing, Nuban, Beliuk, Selagai, Anak Tuha, Nyerupo dan Pubian.
Acara diawali dengan pentas sendra tari kolosal talikiang anak tuha, sambutan ketua panitia muhtaridi putra negara, dan sambutan bupati atau wakil bupati Lampung Tengah
“Kemudian 9 marga tersebut diarak sesuai dengan kebuaian jalan ke nuwo balak. Lalu dari nuwo balak arakan dengan garuda dan pencak silat, 9 marga menuju vila Nurdin Muhayat. Di sana 9 marga dari kebuaian tersebut masuk ke dalam sesat agung,” jelas Muhtaridi, Selasa, 18/7/2017 disela-sela acara persiapan.
Dia melanjutkan, di Sesat Agung nantinya akan dilakukan prosesi tari penganggik wajib dari 9 marga atau dikenal dengan tari siang, yakni tarian antara laki dan perempuan berpasangan dari 9 kebuayan yang ada. Usai itu dilanjutkan dengan besekhak beasah, lalu dinaikkan ke kelunjuk untuk melakukan besekhak baru dilakukan beasah atau pangor. Ini menunjukkan bahwa mereka sudah dewasa.
“Usai itu mereka diberi juluk atau nama panggilan anak penyimbang untuk anak laki2. Usai juluk dilanjutkan dengan temu dilunjuk dan turun mandi,” imbuhnya.
Dalam prosesi itu, laki-laki naik lunjuk berpasangan kemudian mereka dinaikkan diatas kepala kerbau dan disiram air. Dilanjutkan musek (suap) terakhir dr saudara dan orang tua. Usai musek baru pemberian adok (nama) untuk perempuan.
Setelah itu turun mandi atau bersih, Dimana laki-laki memegang payan (nampan) dan ambil wudhu untuk bersih-bersih. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan yang menjadi ciri khas adat Lampung, yaitu unduh buah pinang. Ini menyimbolkan sudah berakhirnya masa lajang.
“Usai turun mandi mereka diarak lagi ke nuwo dengan naik jepano. Kemudian mempersiapkan diri menggunakan kawai balak, kepiah balak dan punduk. Sampai nuwo dilanjutkan dengan naik dipano berpasangan dan nari ramik dan nari tuho/tari munggah bumie,” paparnya.
Rangkaian acara dilanjutkan pemberian adok kepada 311 tokoh masyarakat yang akan menerima gelar. Mereka diarahkan untuk naik sesat agung dan naik ke kursi pepadun/singgasana. Setelah duduk baru prosesi menyender baru pengukuhan adok kepala kampung.
“Mereka diberi adok suttan yang disesuaikan dengan kebuaian masing-masing untuk menjadi suttan diwilayahnya masing-masing,” tutupnya.
Sementara itu Bupati Lampung Tengah DR. Ir. Mustafa mengatakan Gawi Agung Bejuluk Beadek pertama kali diselenggarakan di Lampung Tengah. Acara ini diharapkan mampu mengangkat kebudayaan dan adat istiadat Lampung secara luas.
“Ini adalah momen berharga untuk mengangkat kebudayaan Lampung secara luas. Selama ini masih banyak masyarakat yang belum mengenal adat istiadat dan kebudayaan Lampung. Kini saatnya, kita tunjukan bahwa kita punya kebudayaan yang patut kita banggakan dan harus kita lestarikan,” ujar Mustafa.(rls/dr)
Leave a Reply