ragamlampung.com — Lebih dari 2.000 orang Yahudi bergabung dengan rabi besar Israel, di Tembok Barat Yerusalem, Kamis (28/12). Mereka berdoa meminta hujan. Negara tersebut sudah empat tahun berturut-turut mengalami kekeringan.
“Sebuah doa bisa membantu,” kata Menteri Pertanian Uri Ariel, yang menyelenggarakan upacara tersebut, kepada radio publik, dikutip dari Egypt Today, Jumat (29/12/2017).
Ramalam pihak pemantau cuaca Israel memperkirakan bahwa wilayah tersebut akan mengalami musim dingin yang kering. Curah hujan tidak mencukupi pada bulan Desember, Januari dan Februari – yang seharusnya bulan basah.
Pada bulan Maret 2017, otoritas perairan Israel mengatakan bahwa Danau Galilea, yang sebenarnya danau dan cadangan air tawar utama negara itu, telah mencapai tingkat terendah dalam satu abad.
Namun, Israel lolos dari pemotongan air melalui penggunaan lima pabrik desalinasi yang dibangun di sepanjang pantai Mediterania.
Tiga perempat air minum yang dikonsumsi oleh rumah tangga Israel berasal dari tanaman desalinasi.
Tembok Barat adalah situs tersuci dimana orang Yahudi saat ini diperbolehkan untuk berdoa. Terletak di Yerusalem timur, yang diduduki oleh Israel dalam Perang Enam Hari 1967 dan kemudian dianeksasi dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Namun, beberapa pakar skeptis. Surat kabar terlaris Yedioth Ahronoth menerbitkan sebuah komentar mengatakan bahwa Ariel seharusnya lebih memilih mempromosikan kebijakan melawan perubahan iklim, seperti membatasi emisi gas rumah kaca di bidang pertanian.
“Doa bukanlah hal yang buruk, tapi pendeta memiliki kemampuan untuk mempengaruhi (hal-hal) dengan cara yang sedikit lebih duniawi,” katanya. (ar)
Leave a Reply