ragamlampung.com – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membeberkan penyebab menurunnya suara Joko Widodo-Ma’ruf Amin yang berbanding terbalik dengan suara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang cenderung meningkat.
Diketahui, elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin dinilai mengalami tren penurunan dalam enam bulan terakhir. Sebaliknya Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terus meningkat.
Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor hal itu disebabkan oleh adanya fenomena migrasi pemilih.
Baik dari pendukung Jokowi yang mengubah dukungan mereka, atau para undecided voters (pemilih yang belum menentukan pilihan) dan swing voters yang telah memantapkan pilihan mereka pada paslon 02 Prabowo-Sandi.
Penurunan elektabilitas paslon 01 ini, paparnya, bisa terjadi karena beberapa faktor. Faktor pertama adalah ketidakpuasan terhadap kinerja presiden sekarang.
Dilanjutkanya, persoalan kesejahteraan seperti daya beli masyarakat dan ketersediaan pekerjaan menjadi hal yang berpotensi memicu perubahan pilihan pada pemilih untuk tak lagi mendukung petahana.
Faktor kedua, kata Firman, yakni perubahan citra sosok Prabowo dinilai cukup berpengaruh meningkatkan elektabilitas paslon 01.
Menurutnya, belakangan Prabowo mencoba mengubah citranya yang semula terkesan keras dan ‘macho-militeristik’ menjadi lebih humanis dan luwes dalam beberapa kesempatan.
Sementara itu, keberadaan Sandi yang mencerminkan tokoh pemuda santun, bersahaja, gaul, dan sukses dinilai Firman bisa melengkapi citra positif Prabowo.
“Dalam satu kesempatan Prabowo bahkan mau berjoget di mana sejauh ini kita tidak pernah melihat sosok Prabowo yang seperti itu. Jika saat ini terdapat pergeseran positif bagi paslon 02, sesungguhnya ini mengindikasikan meningkatnya citra positif pasangan tersebut di mata masyarakat,” katanya.
Selain itu, Firman menilai migrasi suara biasanya terjadi karena program yang ditawarkan kandidat lain dirasa lebih realistis dan relevan dengan masyarakat.
Dia menilai Jokowi sebagai petahana tampak ingin mempertahankan dan melanjutkan programnya yang selama ini dianggap baik. Sementara itu, pasangan Prabowo-Sandi berusaha berfokus pada isu ekonomi dan kesejahteraan yang dianggap menjadi titik lemah pemerintahan saat ini.
Firman juga menekankan migrasi suara bisa terjadi akibat mesin politik seperti partai pendukung dan jaringan relawan yang terus bergerak tanpa batas untuk meyakinkan para pemilih.
Menurutnya gerakan rewalan masing-masing kubu paslon berpengaruh besar menarik dukungan terutama bagi para undecided voters dan swing voters.
“Bahkan menurut saya kerja tim sukses dan parpol itu tidak semilitan para jaringan relawannya. Jaringan relawan di pelosok terbukti bekerja lebih militan dan luas lagi untuk meraih para pemilih yang tak terjangkau,” kata Firman.
Hal itu juga diakui pendiri sekaligus Direktur Rumah Demokrasi, Ramdansyah. Dia menganggap jaringan relawan dan simpatisan paslon 02 lebih militan dalam mempromosikan kandidat dukungannya.
“Pasangan Prabowo-Sandi memang fokus mendekati undecided voters terutama kelompok tak tersentuh, seperti contohnya dengan mendekati kelompok emak-emak. Ini merupakan counter-strategy paslon 02 untuk mengambil hati undecided voters atau kelompok tak tersentuh lainnya,” kata Ramdansyah.
Menurut dia, kaum emak-emak bahkan semakin hari semakin emosional dan militan. Kaum tersebut ibaratnya menjadi identitas politik tersendiri bagi lawan petahana kali ini.(kur)
Leave a Reply