ragamlampung.com — Hampir sejuta Muslim Checnya berunjukrasa di luar Kedutaan Besar Myanmar di ibukota Rusia, Moskow. Massa mendesak segera diakhiri “genosida” umat Islam di Rohingya.
Aksi solidaritas dan desakan ini dipelopori bukan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin atau Kementerian Luar Negeri Rusia, melainkan pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov.
Ramzan Kadyrov membawa massa ke jalan-jalan ibukota Grozny, Senin (4/9), untuk memprotes kekerasan di Rohingya.
Rekaman televisi menunjukkan massa pengunjukrasa di alun-alun utama Grozny untuk mendukung Rohingya. Chechnya didominasi muslim. Dalam pidatonya Kadyrov membandingkan kekerasan terhadap Rohingya dengan holocaust.
Otoritas polisi setempat melaporkan bahwa 1,1 juta orang menghadiri demonstrasi tersebut. Jumlah penduduk Chechnya diperkirakan 1,4 juta, menurut statistik resmi.
Dalam sebuah video yang dirilis sebelumnya, Kadyrov mengeluarkan ancaman samar untuk melawan pemerintah Rusia jika tidak bertindak menghentikan kekerasan tersebut. “Jika Rusia mendukung iblis yang melakukan kejahatan, saya akan melawan Rusia,” katanya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kemudian mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam sebuah pertemuan dengan pemimpin Mesir Abdel-Fattah el-Sissi, telah meminta pihak berwenang Myanmar untuk mengendalikan situasi ini.
Kadyrov kemudian mengucapkan terima kasih atas sikap Putin melalui pesan di media sosial.
Rusia telah mengembangkan hubungan militer dengan Myanmar dalam beberapa tahun terakhir. Rusia telah menjual senjata ke negara Asia Selatan termasuk beberapa jet tempur dan sistem artileri yang paling canggih. (ar)
Leave a Reply