ragamlampung.com — Korea Selatan kini diguncang politik yang memanas. Presiden Korea Selatan, Park Geun-Hye, dituntut mundur dari jabatannya karena ketahuan punya guru spiritual yang sering memberi wejangan masalah resmi negara.
Choi Soon-Shil, orang sipil yang disebut oleh Presiden sebagai kawan lama yang membantunya di masa-masa sulit ini dikabarkan sebagai orang di belakang segala keputusan Presiden Park Geun-Hye.
Dalam sebuah video yang beredar, diperlihatkan bahwa ajudan presiden bahkan berlutut di hadapan Ms. Choi dan menerima sejumlah perintah.
Ms, Choi bahkan punya kuasa untuk menentukan pakaian apa yang dikenakan oleh Presiden Park pada hari-hari tertentu. Sejumlah editan di teks-teks pidato resmi Presiden Park juga ternyata hasil editan dari penasihat spiritual ini.
Sekadar curhat atau bertukar nasihat tidak apa-apa, tapi guru spiritual Presiden Korea Selatan ini sampai menyetir kebijakan dan bisa korupsi uang negara. Pantas masyarakatnya protes karena merasa dikhianati
Ms. Choi diketahui sebagai putri dari Choi Tae-min, pemimpin sekte religius yang juga punya pengaruh besar dalam hidup Presiden Park di tahun 1970-an. Park Geun-Hye adalah putri dari diktator Korea Selatan, Park Chung Hee (berkuasa 1963-1979).
Paska kematian ibunya di tahun 1974, Park sempat memangku jabatan sebagai Ibu Negara. Di saat-saat berkabung inilah, pemimpin sekte Choi mendekati Park dengan iming-iming bisa berkomunikasi dengan mendiang ibunya. Sejak itulah Presiden Korea Selatan ini tampaknya mengandalkan keluarga Choi untuk memberinya ketenangan batin.
Meski ketergantungan Park terhadap sekte religiusnya ini sempat disinggung oleh pihak lawan semasa kampanye presidensial tahun 2012 yang lalu, ketika itu isu tersebut tidak merebak karena Park berjanji bersikap profesional dalam membedakan urusan negara dan privat.
Janji tersebut nyatanya diingkari dengan terkuaknya berita ini. Tidak saja berbagi dokumen rahasia, menulis pidato kepresidenan, masalahnya Choi Soon-Shil juga menggunakan kedekatan personalnya dengan Park untuk memperkaya diri. Disamping donasi-donasi besar pada organisasi nirlaba Choi, orang-orang pilihannya juga bisa masuk kabinet dan posisi penting lain dalam pemerintahan.
Dalam kasus Presiden Park ini, publik menilai bahwa pengaruh Ms. Choi terlampau kuat, sehingga Sang Presiden sekadar menjadi boneka saja. Namun bila melihat dari sisi Presiden Park, barangkali akan menjadi masuk akal. Sebab beban sebagai Presiden yang bertanggung jawab atas jutaan rakyatnya, membuat Presiden Park membutuhkan sosok bijak yang bisa membantunya berpikir dan membuat keputusan-keputusan untuk negara.
Bagi seorang presiden, mengambil keputusan tentu tak semudah saat kita bingung mau naik ojek atau angkot saja agar hemat.
Bertanya kepada orang lain, mendengarkan masukan dari orang yang lebih ahli, mengumpulkan sebanyak mungkin pandangan memang sangat diperlukan. Dengan begitu, bahan pertimbangan menjadi kaya. (ar)
Leave a Reply