ragamlampung.com — Calon Bupati Mesuji Khamami sempat hanya mengirimkan tim penghubungnya (LO) saat menghadiri undangan Panitia Pengawas Pemilu (Panwas) Mesuji, Sabtu (5/11/2016). Perwakilan tersebut kontan ditolak panwas.
Pemanggilan Khamami tersebut terkait dugaan pelecehan saat kampanye di Desa Panggung Jaya, beberapa waktu lalu. Salah satunya pernyataan Khamami menyebut panwas ndablek (bodoh)
Panwas mengirimkan surat pemanggilan pada Jumat (4/11/2016), ditandatangani Rohimin atas nama Ketua Panwas Mesuji. Pemanggilan tersebut karena ada laporan/temuan di lapangan.
“Maaf tidak dapat diwakilkan, harus yang bersangkutan datang langsung,” kata Ketua Panwas Mesuji Apri Susanto saat menemui Junaidi, yang diutus pasangan petahana Khamami-H Saply itu.
Mendengar keterangan itu, Junaidi lantas kembali lagi. Tak berapa lama, sekitar pukul 10.32 WIB, akhirnya Khamami datang, dan rapat pun dimulai.
Saat rapat, panwas meminta klarifikasi terkait pernyataan Khamami saat kampanye dialogis yang menyebut panwas “ndablek”.
Khamami menjelaskan, ia kesal karena sebelum berangkat kampanye ke Desa Panggung Jaya, istrinya ditelepon ketua ranting Muslimat NU desa setempat bahwa kampanyenya dilarang seorang aggota panwascam bernama Indra. Alasannya, kampanye melibatkan anggota NU.
“Panwas seharusnya sosialisasi kepada masyarakat tentang tentang politik uang, netralitas ASN, dan aparatur desa. Juga menjelaskan soal pemasangan alat peraga, gambar, dan lokasi,” kata dia.
Kekesalan Khamami bertambah karena panwas menyuruh menurunkan foto dirinya di balai desa yang menggunakan pakaian dinas (dalam kapasitas bupati). “Padahal foto itu bukan alat peraga kampanye atau bahan kampanye,” katanya. (tim)