ragamlampung.com — Ratusan awak mobil tangki (AMT) PT Pertamina Patra Niaga, kembali menggelar aksi mogok, Senin (14/11/2016). Mereka berkumpul di depan Pintu Jembatan I Depot Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamina Plumpang, Jakarta Utara.
Para sopir dan kernet mobil tangki BBM ini telah menggelar aksi mogok sejak 14 hari lalu. Setiap hari mereka berkumpul di depan pintu depot dan menolak bekerja hingga tuntutan mereka dipenuhi perusahaan. Meski pengemudi mogok, masih ada sejumlah mobil tangki yang beroperasi mendistribusikan BBM.
Ketua Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia (SBTPI) PT Pertamina Patra Niaga, Nuratmo mengatakan, mobil tangki itu dikemudikan oleh awak mobil tangki bantuan dari daerah lain. Pertamina juga mempekerjakan kembali awak mobil yang sebelumnya sudah dipecat.
Nuratmo mengaku telah mengantongi sejumlah nama AMT bantuan yang bermasalah tersebut. Beberapa di antaranya 20 orang pekerja yang pernah diberhentikan di depot Plumpang. Ada pula AMT bantuan dari Lampung sebanyak 30 orang.
Nuratmo yang juga bekerja sebagai sopir mobil tangki menyebutkan, sebanyak 870 AMT dari 917 anggota serikat pekerja mengikuti aksi mogok. Sementara total seluruh AMT PT Pertamina Patra Niaga berjumlah 1.100 orang.
Aksi mogok ini diklaim Nuratmo berdampak signifikan. Dia mengklaim sekitar 50 persen distribusi BBM dari Plumpang lumpuh. Hampir 50 persen suplai BBM yang biasanya dikirim dari Plumpang kini dipasok oleh empat depot lain, di antaranya dari depot Merak, Ujung Berung, Padalarang dan Cikampek.
“AMT bantuan paling bisa mendistribusikan BBM 50 persen dari sebelum kami mogok,” kata Nuratmo.
Dampak akibat pemogokan ini, kata Nuratmo, dialami sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah Bogor dan Sukabumi. Sementara untuk daerah Jabodetabek dinilai normal karena disuplai empat depot lain.
Selama dua minggu melakukan mogok, manajemen Pertamina Patra Niaga tidak pernah menanggapi tuntutan para buruh. Bahkan mereka juga telah menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Pertamina Pusat, sikap perusahaan tidak berubah.
“Kami sangat menyayangkan. Belum ada titik temu dari beberapa poin tuntutan kami, sama sekali tidak ada yang dikabulkan oleh mereka,” ujar Nuratmo.
Beberapa tuntutan awak mobil ini misalnya status karyawan tetap, uang lembur, dan pembatalan pemecatan sejumlah awak mobil tangki .
Para sopir ini mengaku tak kunjung menjadi karyawan tetap meski sudah puluhan tahun bekerja. Status mereka hanya karyawan kontrak. Selama bertahun-tahun bekerja, mereka juga tak pernah menerima uang lembur meski bekerja hingga 21 jam.
Mereka berjanji akan berhenti mogok dan kembali bekerja jika Pertamina memenuhi tuntutan mereka. (cnn/ar)
Leave a Reply