ragamlampung.com -– Kisah tukang becak, Kasrin dengan tetangganya bernama Bu Indi, hingga kini menyisakan pertanyaan dan misteri.
Keduanya pun bisa naik haji bareng tanpa terdaftar di Kementerian Agama (Kemenag) setempat, bahkan selama mengikuti ibadah haji, tak seorang pun jamaah haji melihat mereka berdua. Bu Indi disebut-sebut sebagai makhluk dari dunia lain alias jin.
Kasrin dan Bu Indi berangkat menunaikan ibadah haji pada Selasa 23 Agustus. Setelah 44 hari meninggalkan rumahnya di Dukuh Gembul, Desa Sumberjo, Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kasrin dan Bu Indi kembali pada Selasa (4/10/2016) pagi. Mereka ikut dalam rombongan jamaah haji Rembang Jawa Tengah kloter 38.
Anehnya, tak satu pun jamaah kloter 38 yang melihat sosok Kasrin maupun Bu Indi, termasuk Ketua Regu Abdul Rozak mengaku. Rozak mengaku sama sekali tak pernah bertemu dengan Kasrin, baik saat di Mekkah maupun ketika pulang ke Tanah Air.
Bahkan ketika sampai di Masjid Jami’ Lasem, takmir masjid setempat mengumumkan dari 75 jamaah haji yang transit, tidak ada yang bernama Kasrin.
”Takmir memberitahu itu karena sebelumnya banyak orang yang bertanya ke pengurus masjid soal Kasrin,” jelas Rozak.
Rozak mengaku, saat di Mekkah dia memang memperoleh kabar tentang keberangkatan Kasrin ke tanah suci dari keluarganya. Namun, dia bersama rombongan lainnya tak pernah melihat keberadaan Kasrin.
Kepala Desa Sumberjo, Pancur, Purwanto mengatakan selama ini pihak desa intens menjalin komunikasi dengan keluarga Kasrin. Oleh karenanya, dia sengaja meminta bantuan dari Polsek dan Koramil Pancur untuk mengkondisikan tamu yang datang untuk bertemu Kasrin sepulang dari tanah suci.
”Kami memberi saran, agar Pak Kasrin saja yang menceritakan. Karena, dia sendiri yang mengalami,” tutur Purwanto.
Di mata masyarakat setempat, Kasrin sosok cenderung pendiam. Itu tak lepas dari pekerjaannya yang dari pagi hingga sore menarik becak di Lasem. ”Orangnya dengan lingkungan sekitar baik, memang agak pendiam,” kata Purwanto.
Kasrin yang baru pulang dari tanah suci, tampak seperti jamaah haji pada umumnya. Kasrin pulang dengan membawa oleh-oleh, seperti sajadah, tasbih, mukena, teko dan gelas kecil-kecil khas Arab Saudi. Dia juga membawa air zamzam sebanyak satu jeriken yang merupakan oleh-oleh khas jamaah haji.
Kasrin menceritakan, dia naik haji bersama Bu Indi dengan menggunakan bus ke Embarkasi Donohudan, Boyolali. Selanjutnya mereka naik pesawat bersama jamaah haji lain.
“Kami berangkat naik bus. Bu Indi duduk di samping saya. Kami duduk di bagian tengah, tapi sepertinya orang-orang di bus tak melihat kami,” ujar Kasrin.
Sesampainya di Tanah Suci, Bu Indi mewanti-wanti agar Kasrin tidak berpisah darinya. Sebab, jika dia terpisah, maka Kasrin tidak kembali ke tanah air.
“Di tanah suci selama 44 hari menunaikan ibadah haji, saya selalu nginthil (mbuntuti) Bu Indi. Baik saat sa’i, tawaf mengelilingi kakbah, salat, dan lain-lain,” imbuh Kasrin.
Kasrin mengaku nginap bersama Bu Indi di sebuah bangunan dua lantai. Ke mana pun Bu Indi pergi, Kasrin selalu ikut. Keduanya makan bareng hingga tidur bareng.
Kasrin menambahkan, dia juga dilarang untuk berkomunikasi dengan orang lain, tanpa seizin Bu Indi.
Selama di tanah suci, Kasrin dan Bu Indi melaksanakan semua rukun haji. Mereka juga berkurban di sana. Kasrin dan Bu Indi berkurban unta masing-masing satu ekot.
“Satu unta untuk kelurga di sini, satu unta untuk keluarga Bu Indi. Harga satu ekornya Rp 17 juta, beli pakai duitnya Bu Indi. Saya hanya nyumbang Rp 2 juta, uang saku yang saya bawa dari rumah saat berangkat,” tambah Kasrin.
Menurut Kasrin, rumah Bu Indi di Rembang tak jauh dari Balai Desa Ngemplak, Kecamatan Lasem. Bu Indi telah menjadi pelanggan becaknya selama 21 tahun.
Kasrin mengatakan, sebelum dia mengenal Bu Indi, rumah wanita dari dunia lain itu hanya berupa hamparan tanah kosong. Alamat yang dimaksud Kasrin hanya tanah lapang ilalang.
Namun setelah mengenal Bu Indi, di tanah kosong itu sudah terlihat sebuah rumah. Tapi bagi orang lain, di lokasi itu tetap tanah kosong.
“Saya melihat di situ ada rumah. Tapi mungkin kalau orang lain yang lihat, di situ hanya tanah kosong, tak ada rumah,” tambah Kasrin.
Paranormal Mbah Mijan seperti dilansir pojoksatu.id, tertarik untuk menerawang siapa sosok Bu Indi, teman gaib Kasrin. Lewat kicauannya di twitter, Mbah Mijan menggambarkan sosok Bu Indi.
“Soal sosok “Bu Indi” saya melihatnya, kalau boleh digambarkan, wanita paruh baya, usia kurang lebih 50 tahun, berkulit putih bersih. Rambut hitam bergelombang, panjang kurang lebih sampai pinggul, walaupun usia 50 tahun tapi belum tampak ada kerutan dikulitnya,” cuit Mbah Mijan.
“Suaranya lembut dan lirih, saat saya mencoba memberi salam, beliau menjawab dengan nada pelan sambil menolehkan wajahnya, cantik berseri,” imbuh Mbah Mijan.
Dikatakan Mbah Mijan, baru saja sampai salam, belum ada obrolan apapun, sosok Bu Indi berpamitan sambil berkata “maaf nak, belum waktunya,” dan langsung lenyap.
Pukul 01.10 WIB, Mbah Mijan shalat hajat, lalu dilanjutkan dzikir kurang lebih 15 menit. Saat Bu Indi pergi, waktu menunjukan pukul 01.35 WIB.
“Artinya saya hanya bisa berkomunikasi dalam waktu 1 menit saja, kemudian saya bangun dari tempat duduk, mengambil Hp pukul 01.41 WIB,” tambah Mbah Mijan.
Mbah Mijan kembali mengambil wudhu, mencoba meditasi kembali selama 1 jam lebih. Namun Bu Indi memilih untuk menutup kontak batin dengannya.
“Kembali saya tegaskan, soal kepergian Haji Kasrin ke tanah suci, saya tidak menembusnya, tapi sosok Jin yang bernama Indi saya melihatnya,” kata Mbah Mijan. (ar)
Leave a Reply