ragamlampung.com — Film Salawaku karya sutradara Pritagita Arianegara menjadi salah satu film yang masuk kategori bergengsi nominasi Film Terbaik dalam perhelatan Festival Film Indonesia 2016. Empat lainnya yakni Aisyah Biarkan Kami Bersaudara, Rudi Habibie, Surat dari Praha dan Athirah.
Dibanding empat film lainnya, Salawaku menjadi satu-satunya yang membuat publik penasaran karena belum ditayangkan di Indonesia.
“Film yang dinominasikan tidak harus pernah diputar di Indonesia, asalkan sudah ditayangkan di layar lebar,” ujar Olga Lydia, Ketua Bidang Penjurian FFI 2016, Jumat (28/10/2016).
Olga menjelaskan, pihak panitia FFI memperbolehkan film-film Indonesia yang sudah pernah tayang di layar lebar manapun untuk masuk sebagai nominasi FFI. Karenanya, film yang dinominasikan tidak harus sudah pernah diputar di Indonesia.
“Memang boleh, karena sejak beberapa tahun yang lalu sudah seperti itu. Film yang saya bintangi dulu 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (2010) juga pernah masuk nominasi FFI, meski baru ditayangkan di Perth saja. Yang penting filmnya harus sudah ditayangkan di layar lebar,” ujarnya.
Olga berpandangan, akan sangat disayangkan bila film-film yang sudah pernah ditayangkan dan mendapatkan apreasiasi di festival-festival di luar negeri malah tidak bisa ikut nominasi FFI hanya karena belum pernah diputar di bioskop dalam negeri. Padahal, tuturnya, jika diikutkan nominasi FFI tahun berikutnya, maka akan sangat terlambat.
Sementara, Ray Zulham, produser film Salawaku menyambut positif mengetahui filmnya masuk dalam kategori film terbaik dalam perhelatan FFI tahun ini.
“Sebenarnya kami berencana menayangkan Oktober tahun ini, tapi kebetulan film ini sedang premier di beberapa festival, jadi kami diminta untuk tahan untuk tidak premier di sini dulu,” ujarnya.
Film Salawaku, kata dia, dijadwalkan akan tayang di bioskop Indonesia pada Januari atau Februari 2017. Saat ini, film drama produksi Kamala Films dengan latar Pulau Seram itu sedang tayang perdana di Tokyo international Film Festival, di Jepang.
Apa yang dialami Salawaku bukanlah yang pertama pada gelaran FFI. Pada tahun-tahun sebelumnya, terdapat dua film lain yang pernah masuk ke dalam daftar nominasi FFI meski belum tayang di Indonesia. Keduanya yakni Copy of My Mind (2015) karya Joko Anwar dan Siti (2014) karya Eddie Cahyono.
Menjelang pengumuman pemenang FFI 2016 pada 6 November mendatang, kelima film yang masuk kategori film terbaik diputar selama tiga hari berturut-turut, pada 26, 27 dan 28 Oktober 2016 di Studio XXI, Plaza Senayan, Jakarta.
Di hari pertama, diputar Aisyah Biarkan Kami Bersaudara dan Rudi Habibie. Di hari berikutnya, ada film Surat dari Praha dan Salawaku. Sementara Athirah diputar pada hari ketiga.
Film Salawaku berkisah tentang anak asal Ambon bernama Salawaku (actor cilik pendatang baru, Elko Kastanya) yang berupaya mencari kakaknya, Binaiya (Raihaanun) yang pergi meninggalkan kampungnya. Dalam perjalanan mencari kakaknya, ia bertemu dengan Saras (Karina Salim), remaja asal Jakarta yang sedang dalam pelariannya dari masalah percintaan ke Pulau Seram.
Pertemuan Salawaku dan Saras menggiring film untuk satu tujuan, menemukan Binaiya. Perjalanan Salawaku memberi makna bagi Saras, begitu juga sebaliknya. Di tengah perjalanan mereka bertemu Kawanua (JFlow Matulessy), yang membuat perjalanan mereka lebih dramatis.
Film perjalanan ini mengumbar keindahan Pulau Seram yang memanjakan mata.
Selain unggul dari sinematografi, film ini juga memiliki naskah skenario matang yang ditulis Titien Watimena dan Iqbal Fadly.
Film ini, pada awal Oktober lalu meraih Piala Dewantara untuk kategori Film Cerita Panjang dalam perhelatan Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016.
Sebelumnya, Pritagita pernah menjadi asisten sutradara Teddy Soeriaatmadja, Ismail Basbeth, Hanung Bramantyo dan Kamila Andini.
Selain masuk nominasi kategori film terbaik, di FFI 2016 Salawaku juga dijagokan dalam tujuh kategori lainnya. Di antaranya, nominasi untuk Sutradara Terbaik, Pemeran Pembantu Pria Terbaik (Jflow Matulessy), Pemeran Pembantu Wanita Terbaik (Raihaanun), Pemeran Anak Terbaik (Elko Kastanya), Pengarah Sinematografi Terbaik, Penata Musik Terbaik, dan Lagu Tema Film Terbaik (Imaji Sunyi). (cnn/ar)
Leave a Reply