ragamlampung.com — Aksi bertajuk Bela Islam III, di lapangan Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat atau Aksi 212, Jumat (2/12/2016), mendapat perhatian dari warga Kabupaten Mesuji.
Berbagai kalangan mulai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, pengusaha, aktivis, hingga masyarakat biasa, memberikan tanggapan berbeda. Namun, salah satu benang merah yang mereka kemukakan adalah adalah harapan aksi tersebut berjalan damai.
“Untuk aksi kali ini saya dapatkan informasi sudah ada kesepakatan. Sebelum aksi petinggi aparat penegak hukum dan pimpinan rombongan aksi menyepakati bahwa aksi tidak ada tindakan pemblokiran jalan. Kemudian tak ada penumpahan massa,” kata seorang perwira polisi yang bertugas di Polres Mesuji.
Perwira yang enggan disebutkan namanya itu berpendapat, aksi pastinya mengganggu aktivitas warga, seperti kemacetan lalu lintas. “Kita harapkan aksi berjalan damai sampai usai,” katanya lagi.
Seorang PNS di Pemerintah Kabupaten Mesuji berpendapat aksi hari ini ada nilai positif dan negatif. Nilai positifnya membawa adalah terjadinya penegakan hukum terhadap tersangka penistaan agama, yakni calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok.
“Kalau negatifnya ya pastinya mengganggu aktivitas warga ibukota seperti biasanya. Bagaimanapun kita percaya aksi itu murni, tidak ada kepentingan politik. Kami berharap tidak ada rusuh karena bakal menyusahkan semua orang nantinya,” kata dia.
Sutarso (47), warga setempat yang beprofesi sebagai petani mengatakan, Ahok memang harus dihukum karena telah melecehkan Al Quran. “Itu kitab suci kami, bukan kitab dia. dia tak ada hak dan wewenang untuk mengkaji atau berpendapat tentang Al Quran,” kata dia.
Sutarso pun berkeinginan demo itu harus berjalan tertib, tidak memaksakan kehendak apalagi sampai berbuat anarkis dan menimbulkan korban. (gst)
Leave a Reply