ragamlampung.com — Petani Keramba Jaring Apung (KJA) di Bendungan Wayrarem, Lampung Utara, merugi hingga ratusan juta rupiah akibat ikan peliharaannya mati mendadak. Mereka berharap instansi terkait melakukan hal konkret untuk membantu petani, tidak sekadar simpati.
Keterangan yang dihimpun, Jumat (21/7/2017), ratusan ton ikan yang dibudidayakan petani di Bendungan Wayrarem, Desa Pekurun, Kecamatan Abung Pekurun, mati mendadak, pekan lalu. Total kerugian para pengelola ikan keramba diperkirakan Rp4 miliar.
Penyebabnya cuaca buruk dan tidak menentu dalam beberapa hari terakhir ini.
“Kita maunya kejadian semacam ini tidak terulang lagi. Kalau memang ada pelatihan, saya mau ikut. Bayar juga tidak apa-apa, yang penting kami tidak rugi karena ikan mati semua seperti ini,” kata Anwar, petani keramba apung.
Petani lainnya, Pauli mengatakan, kerugian yang dialaminya mencapai Rp70 juta lebih atau 70 persen dari modal yang dia keluarkan saat mengelola satu petak keramba.
Hanafi, petani lainnya menambahkan, mereka sebenarnya sudah lelah menghadapi bencana matinya ikan karena cuaca buruk. Petani berharap ada solusi mengatasinya.
“Kalau matinya ikan karena cuaca ekstrem, bagaimana menanggulanginya? Karena limbah bagaimana mengatasinya? Kalau pihak Dinas Perikanan datang hanya untuk mengucapkan bela sungkawa, untuk apa mereka datang?” katanya.
Ia berharap Dinas Perikanan berfungsi dan membinaa petani keramba apung, karena masih banyak yang belum tahu pengelolaan penyakit dan faktor lainnya. (ar)
Leave a Reply