ragamlampung.com — Keluarga jenazah bayi yang dibawa pulang menggunakan angkutan kota (angkot) mengaku tidak pernah menerima tawaran ambulans gratis dari pihak rumah sakit. Jenazah bayi dibawa menggunakan angkot dari Rumah Sakit Umum Daerah Demang Sepulau Raya (RSUD DSR) Lampung Tengah ke Kecamatan Menggala, Tulangbawang, akhir pekan lalu.
Chandra Pratama (23), ayah bayi tersebut tinggal di Jalan III Lingkungan Kibang, Kelurahan Menggala Tengah, Kecamatan Menggala, Tulangbawang.
Ia menuturkan, Rabu (11/10/2017), istrinya Ermilia Sari (24) dirawat di RSUD Menggala pada sabtu (7/10), karena keterbatasan peralatan, dirujuk ke Rumah Sakit Puti Bungsu Bandarjaya Namun, bayi tersebut mengalami gangguan kesehatan dan karena keterbatasan alat harus dirujuk ke RSUD Demang Sepulau Raya.
Setelah di RSUD DSR, bayi dirawat di ruang ICU, tapi pada hari Minggu (8/10) sekitar jam 13.10 WIB, meninggal.
Chandra ditemani pamannya Junaidi membawa pulang jenazah bayi itu. Biaya perawatan bayi menghabiskan sekitar Rp3,5 juta. Chandra yang berprofesi buruh getah karet ditemani pamannya mendatangi tempat administrasi ambulans.
“Mereka mengeluarkan kertas. Kata sopirnya tak bisa mengeluarkan harga karena sudah ada tarifnya,” katanya. Biaya administrasi pengantaran jenazah hingga Kabupaten Menggala sekitar Rp1.894.000.
Karena tak punya uang lagi, Chandra meninggalkan loket administrasi ambulans. “Setelah saya pergi, tidak ada satupun pihak RSUD DSR mendatangi saya,” katanya.
Setelah itu, ia menghubungi keluarganya dan minta dicarikan mobil, dan dapat angkot pinjaman saudaranya. “Saat itu yang menggendong jenazah bayi adalah pamannya. Sampai di Menggala pukul 20.00 WIB, sekitar jam 21.00 WIB kita makamkan jenazah bayinya,” ujarnya.
Joni (38), keluarga yang ikut menjemput Chandra mengatakan, ia sempat meminta keringanan kepada pihak rumah sakit, tapi tidak bisa. “Pihak rumah sakit sama sekali tidak ada saran. Kalau ada, tak mungkin jenazah dimakamkan sampai malam hari,” katanya. (ar)
Leave a Reply