ragamlampung.com,KOTABUMI–Oknum Kepala Desa (Kades), Kistang Kecamatan Abung Barat, Lampung Utara (Lampura), diduga meminta kompensasi terhadap salah satu lapak singkong (pegepul hasil panen singkong warga, untuk kemudia dijual pada pabrik tapioka), yang ada di Desanya.
Oknum Kades berinisial Fj, mematok besaran kompensasi atau lebih tepat disebut ‘jatah preman’ sebesar Rp. 3 juta per-bulan. Hal itu disampaikan Syahlan dikediamannya, Minggu (6/3).
Atas permintaan itu, lanjut Syahlan dirinya menolak. Sebab usaha yang dijalankannya hanya berupa lapak bukan pabrik tapioka. Usaha jenis ini termasuk katagori usaha mikro menengah, yang tidak memiliki kewajiban memberikan kompensasi sebagaimana yang diminta.
Dirinya hanya bersedia memberikan bantuan yang sifatnya partisipasi.
“Kalau kompensasi jelas saya keberatan, tetapi kalau partisipasi atas kegiatan-kegiatan desa saya bersedia. Itu saya sampaikan pada pak Kades,” paparnya.
Dituturkan Syahlan, mungkin lantaran permintaannya itu tidak dipenuhi Fj kerap mengganggu usaha yang dijalankannya itu, dengan berbagai alasan.
Misalnya dengan menghambat truk pengangkut singkong milik nya ada salah satu mbl truk di datangi anak kades Fj (FILAR) jagan lewat jln milik nya, yang disebut-sebut telah membuat jalan penghubung Desa Kistang ke tiga kecamatan, yakni Sungkai Selatan, Sungkai Jaya, Sungkai Barat.
Bahkan sang kades beserta anak nya tidak segan-segan mengintimidasi sopir truk, dengan alasan-alasan yang tak jelas.
“Intinya saya dan pekerja dibuat tidak nyaman, padahal untuk kerusakan jalan, satiap tiga bulan selalau saya perbaiki.
Selain itu truk saya tidak melebihi kapasitas, justru pengangkut singkong dan sawit dari lapak lain ada yang mempergunakan tronton dan lohan HINO pernah masuk lobang di depan rumah kediaman sang kades. Ini tidak dipersoalkan,cuma truk saya saja yang dipersoalkannya,” terang Syahlan.
Penjelasan Syahlan ini disampaikan, lantaran Fj sudah terang-terangan membuat laporan pada DPRD dan instansi terkait seperti Dinas Perhubungan Lampura.
Ia sendiri sudah memberikan penjelasan, ikhwal sebenarnya dibalik laporan yang disampaikan. Karena jelas dalam laporan itu sangat tendensius. Seolah-olah, yang berada di desa tersebut hanya Lapak Sanjungan saja. Padahal ada sejumlah lapak disana, termasuk milik kakak Fj sendiri.
“Saya menduga, sikap kades ini dipicu oleh persaingan dagang. Karena banyak warga yang justru menjual hasil panen singkong pada lapak saya. Ini yang membuat pak kades seperti tidak senang kepada saya,” tambah Syahlan. (hel)
Leave a Reply