ragamlampung.com — Sebuah fitur video di BBC yang baru saja dirilis Ye Qingfang, seorang wanita Muslim China, menggambarkan diskriminasi yang dia terima di negara ini karena agamanya. Meskipun China adalah rumah bagi lebih dari 23 juta Muslim, Ye menunjukkan bahwa Islamofobia masih merupakan masalah signifikan.
“Pada awalnya, orang tidak mengerti saya. Mereka membuat saya harus mencari konseling psikologis,” kata Ye dalam video tersebut, mengacu saat dia mulai mempraktikkan Islam secara serius. “Mereka bertanya apakah saya dimanipulasi oleh kelompok jahat atau berhubungan dengan mereka.”
Dia mengalami diskriminasikan tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah kembali ke kampung halamannya di Qinghai untuk mengajar bahasa China, sekolah tempatnya mengajar tidak mengizinkan guru yang memakai jilbab, karena khawatir akan berpengaruh buruk.
Dia akhirnya pindah ke Beijing dan sekarang mengelola sebuah studio tempat dia merancang jilbab sebagai cara untuk menunjukkan keindahan wanita Muslim.
The Huffingon Post, Sabtu (20/5/2017) menulis, perlakuan yang dia terima karena imannya sebenarnya bukan hal langka di China. Laporan Jamestown Foundation menunjukkan, ketegangan terhadap umat Islam di negara tersebut telah meningkat untuk beberapa lama.
Sejumlah serangan – terutama sejak serangan teroris tahun 2014 di sebuah stasiun kereta api Kunming oleh sebuah kelompok pemegang pisau yang membunuh 31 orang dan melukai 141 – mengakibatkan gelombang sentimen anti-Muslim.
Pemerintah menyalahkan ekstremis dari Xinjiang, tempat tinggal penduduk Muslim Uyghur yang sering kali tidak dipercaya oleh warga lain karena menolak untuk berasimilasi dengan budaya negara tersebut.
RFA melaporkan, baru-baru ini, pihak berwenang China meluncurkan sebuah larangan bagi warga Xinjiang menggunakan nama bayi seperti “Mohammad,” “Jihad,” dan yang lainnya memiliki makna religius yang banyak digunakan umat Islam.
Menurut New York Times, para pejabat setempat berdalih mengeluarkan larangan itu sebagai bagian dari upaya “untuk mengekang semangat religius” di wilayah tersebut.
Beberapa minggu lalu, pengguna media sosial China memuntahkan komentar Islamofobia dengan rencana pembangunan sebuah masjid di kota Nangang di kota Hefei. Di tempat itu ada sejumlah besar minoritas Hui beragama Islam. The Independent melaporkan, sempat ada yang menguburkan kepala babi di lokasi masjid itu.
Terlepas dari situasi seperti saat ini, Ye bilang dia akan terus mengenakan jilbabnya dan tetap setia pada keyakinannya. “Saya berharap wanita Muslim tetap percaya diri dan bisa memakai jilbab di jalanan,” katanya. (ar)
Leave a Reply