ragamlampung.com – Seorang kepala penerbit buku terbesar di dunia menggambarkan ebook (buku digital) sebagai produk bodoh dan tidak mungkin berkembang seperti buku konvensional.
Arnaud Nourry, kepala eksekutif Hachette Livre, penjualan ebook di Amerika Serikat dan Inggris dalam beberapa tahun terakhir stagnan. Ebook tidak ada kreativitas, tidak ada peningkatan, tidak ada pengalaman digital nyata.
Kurangnya kreativitas ini sebagian disebabkan oleh kurangnya pengetahuan digital. “Kami, sebagai penerbit, belum melakukan pekerjaan besar menjadi digital. Kami sudah mencoba ebook yang disempurnakan, tapi tetap tidak berfungsi. Kami mencoba di aplikasi, situs web, satu atau dua berhasil tapi ada serat yang gagal,” katanya, dikutip dari Scroll.in, Rabu (21/2/2018).
Hachette, saat ini penerbit terbesar ketiga di dunia, menurut Publishers Weekly – telah mencoba mengatasi hal ini dengan mengakuisisi tiga perusahaan video game selama dua tahun terakhir.
Menurut angka Asosiasi Penerbit, penjualan ebook konsumen di Inggris turun tahun 2015 dan 2016, dari yang tinggi di tahun 2014. Itu adalah tahun Hachette dan Amazon yang meledak akibat harga ebook. Tapi, raksasa penerbitan tersebut menolak menyerahkan kontrol harga kepada penjual buku online
Nourry mengatakan, setelah mempelajari kesalahan industri musik dan video, dia menjadi yakin bahwa penerbit perlu mengendalikan harga.
“Ini bukan hanya karena memikirkan pendapatan kita. Jika Anda membiarkan harga ebook turun ke 2 atau 3 dolar AS di pasar, Anda akan membunuh semua infrastruktur, Anda akan membunuh penjual buku, membunuh supermarket, dan membunuh si penulis,” katanya. (ar)
Leave a Reply