ragamlampung.com — PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang berdiri tahun 1993, di Provinsi Riau, banyak dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya.
Salah satunya Sulaiman yang merasakan manfaat dari keberadaan perusahaan yang didirkan Sukanto Tanoto ini. Sulaiman memasok arang sekam sebanyak 20 ton dan cocopeat 300 ton per tiga bulan ke RAPP. Seperti halnya arang sekam, cocopeat juga berbahan baku limbah kulit kelapa yang digunakan untuk media tanam pohon akasia.
Cocopeat berasal dari Lampung dalam kondisi 75 hingga 80 persen. Ketika sampai di Pangkalan Kerinci tinggal dikeringkan saja. Saat ini, harga cocopeat mencapai Rp1.650 per kilogram, dan Sulaiman mendapatkan untung Rp250 per kilogram. Sejak menjadi mitra binaan RAPP, ia pun meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai kontraktor di pemerintahan daerah.
“Awalnya saya hanya pasok 25 ton dan sekarang mencapai 300 ton per tiga bulan. Dari usaha itu, saya bersyukur bisa memberi lapangan pekerjaan untuk 25 warga di sekitar saya. Sebelumnya saya kontraktor, tapi biasanya lebih sering menganggur. Tapi, sekarang saya malah kasih pekerjaan ke warga. Saya bersyukur jadi mitra binaan RAPP,” tuturnya, Selasa (4/10/2016).
Sedangkan warga Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Jufri mendapat berkah lain dari perusahaan itu. Ia mengatakan perusahaan pulp dan kertas ini membutuhkan sekitar 150 ton arang sekam sebagai media tanam bibit pohon akasia untuk bahan baku pulp dan kertas.
Karena itu, ia mendirikan PT Kerinci Bersaudara untuk menyuplai arang sekam sejak tahun 2010. Saat ini ia telah memasok sebanyak 30 ton arang sekam ke RAPP setiap tiga bulan dengan harga Rp3.000 hingga Rp5.000 per kilogram.
Ia menjelaskan bisnis arang sekam adalah mengolah kembali kulit padi yang bagi sebagian orang hanya menjadi limbah. Cara pembuatannya juga mudah, yaitu kulit padi (gabah) disangrai dengan penggorengan besar hingga agak menghitam.
“Bisnis arang sekam inilah yang saya rasa paling nyaman karena lebih sederhana. Orang lain mungkin melihat bahan bakunya tidak berguna, atau paling tidak untuk dibakar dan dijadikan abu gosok buat mencuci piring,” katanya.
Saat ini Jufri telah menyuplai arang sekam ke lima pusat pembibitan atau nursery RAPP. Ia mengaku dari penjualan arang sekam, ia mendapatkan untung Rp4.00 per kilogramnya. Walaupun begitu, Jufri bisa membuka lapangan kerja bagi warga sekitar daerah ia memproduksi arang sekam. Ia pun berencana melebarkan tempat usahanya itu di Kuansing sehingga menjadi lebih besar dan dapat menampung 15 orang pekerja.
“Sejak tahun 2000 saya sudah menjadi mitra binaan RAPP. Saya mulai dengan mengurus kendaraan operasional, penyedia tenaga kerja, dan sekarang ditambah dengan menyediakan arang sekam,” jelasnya dengan bangga.
Berkat ketekunan dan kerja keras selama lebih dari 10 tahun, ia berhasil membangun sebuah rumah mewah yang saat ini ia tempati bersama keluarga di Pangkalan Kerinci.
Manager Community Development RAPP, Sundari Berlian mengatakan saat ini sebanyak 177 mitra binaan yang jenis usahanya langsung berkaitan dengan operasional perusahaan industri kehutanan itu. Jenis usahanya mulai dari kontraktor palet, penyedia tenaga kerja, sarana transportasi, “water tank”, nursery, hingga penanaman dan pemanenan tanaman industri.
Kerja sama dengan RAPP membuat warga setempat bisa dengan mudah mendapatkan akses perbankan untuk mendapat modal, yakni menggunakan kontrak PO (purchase order) sebagai jaminannya. Hal tersebut sesuai dengan prinsip pendiri perusahaan, Sukanto Tanoto menjalankan bisnisnya, yakni baik untuk masyarakat (community), negara (country), iklim (climate) dan perusahaan (company).
“Dari 177 mitra RAPP ini, mereka bisa menyerap tenaga kerja sampai 3.300 orang,” kata dia. (ar)
Leave a Reply