ragamlampung.com, Kopenhagen – Sejumlah tokoh lintas agama berdialog dengan masyarakat dan diaspora Indonesia di Kedutaan Besar RI Kopenhagen, Denmark.
Dalam silaturahmi tersebut para tokoh lintas agama berdiskusi akrab dengan masyarakat mengenai perkembangan terkini di dalam negeri, terutama persiapan menuju pesta demokrasi 2019.
“Meningkatkan kesadaran dan toleransi antar sesama umat beragama sangatlah penting. Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, namun tidak menjadi negara agama atau berpaham sekuler,” ujar Dubes RI, M. Ibnu Said.
“Diharapkan agar Indonesia memberikan kontribusi penting melalui Interfaith Dialogue di Denmark ini dan bermanfaat bagi kedua negara,” imbuhnya seperti disampaikan dalam siaran pers KBRI Kopenhagen dikutip dari detikcom, Sabtu (1/12/2018).
“Denmark adalah salah satu negara yang mengaplikasikan paling banyak nilai-nilai Islami, dengan sistem negaranya, maqosidul syari’ah, keadilan, kesejahteraan, kejujuran dan seluruh ukhuwah shariyah antara sesama masyarakatnya,” ujar Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal.
“Seluruh komponen bangsa diharapkan peduli terhadap perkembangan negara dan menjadi ilmuwan sejati, bukan hanya karena pintar ilmunya tetapi juga dapat menuangkan keahlian dan ilmu tersebut dalam sebuah tulisan dan bermakna bagi orang lain,” paparnya.
Selain Nasaruddin Umar, hadir pula tokoh-tokoh lainnya, yaitu Ahmad Syafi’i Mufid (Pusat Kerukunan Umat Beragama), Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid (Direktur Nasional Gusdurian Network Indonesia), Elga Sarapung (Direktur Interfidei), Chandra Setiawan (Confucianism dan ICRP), Siti Syamsiatun (Universitas Gadjah Mada), serta Sandra Hamid dan Mochamad Mustafa (The Asia Foundation Jakarta).
Para tokoh lintas agama Indonesia hadir di Denmark sebagai undangan dari Pemerintah Denmark untuk salah satu implementasi kerja sama bilateral Indonesia dan Denmark. Dalam rangkaian kegiatan, para tokoh agama bertemu dengan pemerintah Denmark untuk bertukar pikiran mengenai perkembangan dialog antar-iman di Indonesia dan Denmark, seperti dengan Menteri Luar Negeri Denmark dan Danish Network of Parliamentarians for Freedom of Religion or Belief.
Selain itu juga mereka berdialog dengan pemuka-pemuka agama pendeta, rabbi, bishop, dan organisasi keagamaan, seperti Danmission, Tro i harmoni (Faith in Harmony), dan Danish Youth Council tentang isu-isu interfaith dimension, seperti toleransi, pandangan-pandangan yang sama, serta mencari visi dan inisiatif baru untuk menciptakan keharmonisan dalam perbedaan. (det/dr)
Leave a Reply