ragamlampung.com — Pengusaha muda, Gazan Aska Ghafara berhasil memenangkan kompetisi Diplomat Success Challenge (DSC) 2016 melalui kreasinya keripik pisang Zanana Chips menyisihkan 10 peserta lainnya di babak final kompetisi mencari wirausahawan terbaik.
Tim juri memilih Gazan karena memiliki kepemimpinan (leadership) paling menonjol, serta dinilai berani untuk mengambil keputusan
Ketua Dewan Komisioner DSC 2016, Surjanto Yasaputera dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (15/11/2016), menjelaskan, sebagai pemenang, Gazan berhak mendapatkan hadiah berupa bantuan modal kerja senilai Rp500 juta dari total hadiah senilai Rp2 miliar, disamping itu pemenang juga akan mendapat bimbingan usaha dari tim DSC sampai usahanya sukses.
Babak akhir seleksi dilakukan dalam bentuk kompetisi di tiga kota Surabaya, Yogyakarta dan Bandung. Peserta dibagi dua kelompok, dihadapkan pada tantangan usaha nyata yang berbeda di tiap kota. Sesi terakhir di Bandung misalnya, mereka harus menjadi event organizer yang bertugas mendatangkan live music di sebuah kafe.
“Setiap tim dituntut memberikan strategi terbaik agar pertunjukannya ramai dikunjungi orang. Kompetisi babak akhir yang berpindah-pindah di tiga kota ini sempat disiarkan di TV One setiap minggu, dari awal bulan Oktober sampai pertengahan Nopember 2016,” kata Surjanto.
Selain Gazan, pemenang lainnya Gisela Eugenia dengan usaha jasa aplikasi untuk menemukan pengajar bimbel dan I Wayan Lovayana, yang merencanakan workshop pembuatan benda seni untuk menyerap tenaga kerja di Bali. Keduanya merupakan pemenang grand final.
Sedangkan di posisi runner up, ada Kristantya Nugraha yang memproduksi bass gitar, Stephanie Patricia yang membuat aplikasi medi-call, serta Heru Anwari yang membuat sepeda BMX inovatif.
DSC juga masih memberikan penghargaan kepada 5 orang dengan usaha yang memenuhi kriteria dampak sosial dan 5 orang lagi potensial bisnis.
“Tahun ini kompetisi DSC menjaring beragam katagori usaha, antara lain industri kreatif, agrikultur, teknologi, energi, meski yang paling banyak masih di bidang perdagangan, jasa dan kuliner,” kata Surjanto.
Gazan telah menekuni bisnis keripik pisang sejak dua tahun lalu. Dalam usianya yang masih 16 tahun dia telah mampu memperkerjakan dua orang untuk menjalankan bisnisnya.
“Awalnya tahun 2012 saya memproduksi ayam tulang lunak dengan merk Ayam Razet, namun bangkrut karena kurangnya modal dan lokasi yang sepi,” ujarnya .
Ia juga sempat jualan risoles di tahun 2013 dengan membuka 3 cabang, namun bisnis ini pun terpaksa gulung tikar karena ditinggal koki.
Gazan masih ingat, suatu hari setelah bangkrut dari jualan risoles, tiba-tiba saja ia ingin makan keripik pisang coklat. Namun, ia kesulitan menemukan camilan itu di Bandung karena merupakan oleh-oleh khas Lampung.
Setelah bertanya kebeberapa teman, Gazan menemukan jawaban yang sama, Ternyata banyak juga yang cari keripik pisang coklat Lampung di Bandung. Karena itu ia segera tergerak untuk memproduksinya.
“Saya sangat yakin karena produk itu kan terbukti laris di Lampung. Bertahan selama belasan tahun dan bahkan eksis sebagai produk oleh-oleh khas dari Lampung,” ujar Gazan.
Produk buatannya kemudian ia beri merk Zanana Chips. “Alhamdulillah, sekarang sudah berjalan 2 tahun, peminatnya terus meningkat. Zanana Chips sudah pernah di distribusikan ke lebih dari 70 kota di Indonesia, termasuk keluar negeri seperti Malaysia, Jepang, Amerika, Mesir, dan Brunei,” ujarnya menjelaskan.
Setelah tahu peminatnya banyak, Zanana Chips mulai melakukan pengembangan produk. Jika pada awalnya hanya ada varian rasa coklat, Gazan kemudian melakukan inovasi dengan penambahan varian rasa lain seperti rasa susu, greentea, smoked beef, dan classy spicy.
Dari Zanana Chips, sampai pertengahan tahun ini Gazan mampu meraup untung sekitar Rp400jt – 450jt per bulan, angka yang stabil seperti tahun sebelumnya. Namun ia tidak cepat berpuas diri.
“Saya masih ingin memperbanyak jalur distribusi, agar Zanana Chips bisa tersedia di berbagai kota dan mudah ditemukan oleh konsumen,” ujarnya. (ar)
Leave a Reply