ragamlampung.com — Masyarakat Indonesia sejak dulu terbiasa mengobati masuk angin dengan cara dikerok. Biasanya kerokan atau kerik, di bagian punggung atau badan lainnya yang terasa sakit.
Cara seperti ini unik, tapi diyakini sebagian besar orang menyembuhkan tidak hanya masuk angin, tapi beberapa penyakit lainnya. Tapi, benarkah cara ini dari sudut pandang medis atau penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan?
dr. Boy Zaghlul Zaini, M. Kes, dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek, Bandarlampung, menjelaskan, masuk angin sebenarnya bukan jenis penyakit medis, tapi gejala awal yang ditimbulkan dari berbagai penyakit lainnya.
Proses kuman yang masuk dan menyebabkan gejala itulah yang disebut masuk angin. Misalnya, saat influenza menyerang, maka tubuh akan terasa tidak enak, punggung sakit atau ngilu, dan cara terbaik mengobatinya dengan dikerok di bagian yang sakit itu.
“Kerokan bukan pengobatan medis yang dapat menyembuhkan penyakit. Tapi, dari kerokan ini membantu sugesti keyakinan penderitanya bisa menyembuhkan atau meringankan penyakit,” kata dr. Boy.
Kerokan menghasilkan pergesekan kulit dengan logam yang berakibat panas. Tubuh yang menerima panas itu akan melenturkan otot-otot yang kaku. Asam laktat yang berkurang dalam tubuh itulah yang menyebabkan badan terasa lebih ringan.
Sebenarnya, kata dia, dengan cara memijat otot yang kaku juga bisa mengurangi asam laktat di dalam otot, karena otot mudah lelah apabila jumlah asam laktat meningkat.
Kerokan atau pijit itu memecah pembuluh kapiler halus di dalam kulit yang akan menyebabkan munculnya warna merah. Warna merah atau sampai merah menghitam sebenarnya bukan tujuan pengerokan itu, tapi efek panasnya.
Hingga kini belum ada anjuran bahwa dikerok salah satu bentuk pengobatan medis. tapi dalam pengobatan penyakit apapun yang paling penting adalah keyakinan.
“Dengan cara kerokan dan orang tersebut yakin badannya bisa lebih baik, berarti proses penyembuhan itu sudah 50 persen, karena didasari keyakinan sembuh tanpa memerlukan obat tambahan,” katanya menjelaskan.
dr Boy menganjurkan pengerokan hanya untuk bagian punggung karena di bagian ini daging otot lebih tebal. Tidak dianjurkan di bagian leher, dada, dan perut.
“Bagian-bagian tersebut pembuluh darah dan saraf, karena ototnya sangat tipis sehingga kemungkinan pelebaran pembuluh darah tiba-tiba yang akan mengakibatkan munculnya berbagai penyakit lain,” katanya.
Ia mewanti-wanti jangan mengkerik bagian dada, karena bisa menyebabkan penyakit jantung.
Juga bayi dan anak-anak pun tidak boleh dikerok karena di usianya itu memiliki kulit tipis. Padahal, jika dikerok, kulit memerlukan proses recovery. Sedangkan kulit anak-anak dan bayi itu proses recovery lebih lama dibandingkan orang dewasa. (ar)
Leave a Reply