ragamlampung.com — Negara kaya dan penghasil teknologi modern, Jepang, kini disebut-sebut terus mengalami penurunan jumlah penduduknya. Salah satu penyebabnya disinyalir karena penduduk dari kalangan usia produktif, pemuda enggan berhubungan seks.
Turunnya angka kelahiran di Jepang itu seperti suatu gerak lambat dari aksi seppuku (bunuh diri ala samurai Jepang) nasional. Para pembuat kebijakan negara tersebut juga kaget dengan fenomena yang terjadi itu.
Laporan The Guardian yang dikutip Kamis (29/12/2016), meneliti unsur-unsur sosial dari masalah ini. Salah satu temuan mereka adalah fakta orang-orang muda semakin meninggalkan aktivitas seksual atau sekadar kencan.
“Jutaan dari mereka bahkan tidak berkencan, dan terjadi peningkatan jumlah pemuda yang tidak dapat diganggu dengan seks,” tulis Abigail Haworth.
Jepang telah memiliki salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia. Penduduknya 126 juta, dan telah menyusut selama dekade terakhir, diproyeksikan untuk terjun jadi sepertiganya pada 2060.
“Penurunan 284.000 dari total populasi, yang juga termasuk warga negara asing, adalah yang terbesar dari jenisnya sejak pejabat mulai mengumpulkan data pembanding pada tahun 1950,” kata Japan Times.
Tingkat kematian di Jepang mulai melebihi angka kelahiran pada tahun 2007. “Efek dari penurunan populasi sudah dirasakan,” kata sebuah editorial di Japan Times.
Karena itu, karena makin berkurangnya jumlah penduduk di berbagai wilayah, ada jembatan jalan harus ditutup karena kurangnya dana untuk pemeliharaan dan sepi dilintasi penggunanya.
Hutan-hutan pun banyak bermunculan dan tidak diketahui pemiliknya. Jumlah rumah kosong meningkat, bahkan beberapa kota di Jepang mengesahkan hukum yang memperbolehkan menghancurkan rumah-rumah kosong karena khawatir roboh dan membahayakan orang lain. (ar)
Leave a Reply