ragamlampung.com – Kinerja emiten makanan dan minuman mulai menunjukkan tren yang positif. Peningkatan konsumsi domestik pada paruh pertama tahun ini menjadi pemicu peningkatan emiten sektor consumer goods.
Berdasarkan rekapitulasi laporan keuangan Juni 2016 tujuh emiten sektor makanan dan minuman (mamin) mencatatkan pertumbuhan laba bersih mencapai hingga melonjak hingga 43,25% dengan laju pertumbuhan penjualan mencapai 10%.
Peningkatan penjualan sektor mamin menjadi indikator peningkatan produk domestik bruto. Di sisi lain, berkah bulan Ramadan yang dimulai pada Juni telah menggenjot penjualan makanan dan minuman.
Dari tujuh emiten di industri mamin itu, penjualan paling tinggi dicatat oleh PT Aksha Wira International Tbk (ADES) mencapai 39,45% secara year on year dari posisi Rp323 miliar menjadi Rp450,23 miliar.
Dampaknya, raihan laba yang di bukukan emiten bersandi saham ADES senilai Rp22,35 miliar pada Juni 2016, tumbuh 20,55% dari posisi Rp18,54 miliar. Sebaliknya, PT Prasidha Aneka Niaga Tbk masih membukukan kerugian sedangkan PT Sekar Laut Tbk mencatatkan laba yang terkontraksi.
Head of Research PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menga takan pada 2015 industri mamin sempat menurunkan kapasitas produksi, sehingga penjualan pada tahun ini masih tersendat dan 2017 emiten sektor itu akan meningkatkan kapasitas produksi.
“Dampak Lebaran akan terlihat pada dua pembukuan yakni di kuartal II dan II, sehingga masih ada katalis pada Q3/2016,” katanya.
Saat ini, industri consumer goods tersebut diuntungkan oleh penurunan harga minyak sehingga biaya produksi lebih rendah di bandingkan dengan tahun sebelumnya, serta dukungan dari paket-paket kebijakan pemerintah.
Dia optimistis belanja pemerintah pada paruh kedua tahun ini bakal menjadi pemicu peningkatan kinerja perusahaan swasta. Sementara itu, survei konsumen yang dirilis Bank Indonesia (BI) yang memproyeksikan kondisi pada tiga bulan mendatang, menyebutkan tekanan kenaikan harga pada September 2016 diperkirakan melambat.
Melambatnya tekanan kenaikan harga diperkirakan hampir pada semua kelompok komoditas dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan dan sandang.
Dalam survei konsumen tersebut, diprakirakan akan terjadi penurunan indeks ekspektasi harga (IEH) pada tiga bulan menjadi di 13 kota dengan penurunan indeks terbesar di Bandar Lampung -68,5 poin dan Banten -33 poin.
Alfred memproyeksikan industri mamin pada semester II/2016 masih tidak akan menaikkan harga barang, mengingat adanya potensi deflasi pada Juli 2016.
Saat dihubungi terpisah, Kepala Riset PT Universal Broker In donesia Satrio Utomo menuturkan pada tahun ini, sektor korporasi mulai membaik. Menurutnya, hal itu sudah diprediksi sejak kuartal IV/2015. (tedi)
Leave a Reply