ragamlampung.com — Pemuda berusia sekitar 27 atau 28 tahun, bahkan ada yang menduga 20 tahun ini menjadi orang penting bagi pemerintah Amerika Serikat. Negara adikuasa ini juga membekukan semua aset yang dimilikinya yang ada di daerah hukum Amerika.
Hamza Bin Laden, salah satu orang paling dicari dan disegani. Dia bahkan sudah resmi dilantik sebagai anggota kelompok yang mendapat cap teroris dari AS tersebut.
Kementerian Luar Negeri AS menyebut Hamza makin aktif memimpin jaringan Al Qaida, organisasi yang didirikan sang ayah. Hamza sedang menyiapkan aksi balas dendam atas kematian ayahnya.
Sosok Hamza makin terang setelah pasukan khusus AS menggelar operasi di rumah persembunyian Osama bin Laden di Abbottabad, Pakistan, awal Mei 2012. Selain menewaskan Bin Laden, operasi ini juga menemukan berbagai dokumen, termasuk di antaranya surat-surat dari Hamza untuk ayahnya.
Dari berbagai surat dan dokumen ini para analis CIA menyimpulkan bahwa pada suatu rentang masa, Bin Laden tak bertemu Hamza selama delapan tahun.
Dari persembunyiannya di Pakistan, Bin Laden diyakini sudah mengatur secara rinci ‘jalur dan pelatihan’ untuk menjadikan Hamza ‘sebagai tokoh penting’ Al Qaida, yang pada akhirnya akan menjadi pemimpin kelompok ini.
Ketika rencana ini dimatangkan Hamza menjalani tahanan rumah di Teheran, Iran. Beberapa anggota keluarga besar Bin Laden melarikan diri ke Iran setelah invasi AS ke Afghanistan.
Dokumen yang didapat CIA dan diperlihatkan kepada wartawan kantor berita AFP menyebutkan bahwa Hamza menyebut dirinya ‘lahir dari kawah besi’ dan siap untuk ‘meraih kemenangan atau mati sebagai martir’.
“Yang membuat saya sedih adalah laskar mujahidin sudah bergerak tapi saya tak bisa bergabung ke laskar ini,” tulis Hamza dalam salah satu surat kepada ayahnya. “Dengan ini saya katakan kepadamu dan ke semua orang bahwa Alhamdulillah saya mengikuti jejak jihadmu,” tambahnya.
Ia menggambarkan perasaan pedihnya setelah pada usia 13 tahun ia harus dipisahkan dari ayahnya demi alasan keamanan. Ia mengatakan ingin bersama lagi dengan ayahnya.
“Ayah mengucapkan selamat tinggal dan kemudian pergi. Ini seakan kita mencabut hati dan meninggalkannya begitu saja di sana,” tulis Hamza.
Sejauh ini tak dimungkinkan untuk melakukan verifikasi atas surat dan dokumen yang didapat CIA.
Hamza diperkirakan lahir di Jeddah, Arab Saudi, pada 1989 dari salah satu dari tiga istri Bin Laden, Khairiah Sabar.
Para pejabat keamanan AS mengatakan setelah kematian Bin Laden pada 2012, Al Qaida dipimpin oleh pria kelahiran Mesir, Ayman al-Zawahiri. Perlahan namun pasti, peran Hamza ‘makin penting di jajaran para petinggi Al Qaida’.
Agustus lalu, melalui pesan audio yang tidak diketahui kapan dibuat, Hamza mendorong para pengikutnya untuk melancarkan pemberontakan terhadap kerajaan Saudi.
Sebelumnya, melalui pesan yang dikeluarkan pada Mei, ia mendesak para petempur di Suriah untuk bersatu dan mengatakan bahwa revolusi di Suriah akan berujung dengan ‘pembebasan Palestina’.
Ia juga pernah mendesak Muslim di Barat untuk melakukan serangan, seperti yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
“Pada 2015, (Hamza) bin Laden menyerukan serangan terhadap kepentingan-kepentingan AS, Prancis, dan Israel di Washington DC, Paris, dan Tel Aviv,” kata pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri AS.
Hamza sudah dilepaskan dari tahanan di Teheran dan sekarang tidak diketahui keberadaannya. (ar)
Leave a Reply