Peneliti Ungkap Misteri Bau Menyengat Durian

Share :

ragamlampung.com — Banyak orang di Asia Tenggara, dan di Indonesia menjadikan buah tropis ini sebagai raja buah. Baunya demikian menyengat dan menarik siapa pun untuk mendekati dan mencicipinya.

Rasanya sangat kaya dan lembut, berbau surgawi dan saat dimakan meleleh di mulut. Ada sekitar 30 spesies durian, di antaranya dapat dimakan dan tidak.

Yang paling berharga adalah durian jenis Durio zibethinus, spesimen berduri runcing berwarna hijau seukuran semangka dengan berat dua kilogram. Durian jenis ini harganya bisa mencapai 36 dolar AS per kilo atau sekitar Rp400 ribu.

Bau menyengat, itulah yang menjadikan durian primadona. Tapi, karena bau yang sangat tajam, membuat buah ini dilarang dibawa di transportasi umum maupun di sejumlah hotel.

Beberapa peneliti berhasil mengungkap misteri bau tajam durian. Peneliti menemukan bahwa bau tajam durian disebabkan oleh gen, yang membuka kemungkinan di masa depan dihasilkan durian ‘dengan bau atau rasa yang tidak terlalu tajam’.

Profesor Teh, seorang peneliti kanker di Duke-NUS Medical School di Singapura, dikutip Rabu (11/10/2017), menerbitkan penelitiannya di Nature Genetics. Ia telah mengidentifikasi gen kunci yang bertanggung jawab atas aroma tajam dan rasa durian.

Profesor Teh dan rekannya mengurutkan genom Raja Musang, varietas Durio zibethinus yang sangat tajam yang ditanam di Malaysia dan dilarang di banyak sistem transportasi umum di Asia Tenggara.

“Sampai penelitian ini, tidak ada yang memecahkan genom durian,” kata Profesor Teh.

Timnya menemukan sekitar 46 ribu gen dalam rangkaian DNA durian penuh – dua kali lebih banyak dari genom manusia – dan menemukan warisannya dapat ditelusuri kembali 65 juta tahun ke tanaman kakao, dari mana coklat dibuat.

Dengan urutan seluruh genom buah di tangan, para peneliti memusatkan perhatian pada gen tertentu yang mengatur produksi senyawa belerang, yang mengeluarkan bau gas busuk. “Ini memberi kami petunjuk pertama bahwa ini adalah gen kunci yang menghasilkan bau durian yang kuat dan menyengat,” katanya.

“Hipotesis kami bau ini dikeluarkan untuk menarik hewan memakan durian kemudian membuang bijinya untuk jadi benih lagi,” kata Profesor Teh.

Ketika para peneliti membandingkan genom durian dengan tanaman lain yang terkait, seperti kakao dan kapas, mereka menemukan empat salinan gen ini, yang dikenal sebagai MGL, bukan hanya satu.

Mereka juga menemukan bahwa gen yang terlibat dalam mengatur jalur belerang lebih aktif dalam varietas Musang King daripada Monthong, versi yang lebih ringan tumbuh di Thailand. Selanjutnya, gen ini hanya aktif saat buahnya sudah matang.

Para periset berpikir bahwa dorongan ini dalam aktivitas dikaitkan dengan gen lain yang mereka temukan yang disebut ACS, yang mengatur produksi ethylene, hormon tanaman yang terlibat dalam pematangan. (ar)

Share :