Kronologi Kasus Balita Meninggal Usai Diberi Obat

Share :

bayi-prematur-ilustrasi-_130221175732-268

ragamlampung.com – Humas RSU Menggala, Nyoman mengatakan, hasil inventarisasi kasus pasien meninggal usai diberi obat, kepada petugas medis yang menangani, diketahui bahwa pasien mengalami penurunan kondisi kesehatan, beberapa jam setelah dirawat di RSU Menggala pada Senin (25/7/2016).

“Sekitar pukul 23.00 WIB, pasien itu sudah mulai sesak. Kemudian oleh perawat, diambil tindakan mengukur tanda-tanda vitalnya,” papar Nyoman, Rabu (27/7/2016). Dari tindakan medis yang dilakukan perawat saat itu, Nyoman mengatakan, kondisi pernapasan pasien sudah 60 kali per menit (KTR).

“Kemudian, suhu tubuh pasien 40,6 derajat celcius. Lalu, hetrier-nya diketahui 140 kali per menit saat itu,” ujar Nyoman. Usai mendapatkan hasil itu, pasien disimpulkan dalam keadaan sesak dan gelisah. “Dari keadaan sesak dan gelisah itu, kan terjadi perubahan suhu tubuh pasien. Kemudian, hasilnya dilaporkan kepada dokter spesialis anak yang menangani, yakni dokter Joko,” beber Nyoman.

Hasil konsultasi dengan dokter, dokter menyarankan untuk melakukan penanganan sesak napas terhadap pasien. “Karena dia sesak, kemudian didapatkan advice dari dokter spesialis anak, untuk dilakukan tindakan menggunakan alat nabulizer. Kemudian, diberikan obat parighen ekstra. Itu adalah obat oral,” katanya.

Setelah dilakukan tindakan tersebut, kondisi pasien ternyata tidak menunjukkan perubahan. “Setelah dilakukan tindakan, kondisi pasien ini tetap saja sesak, tidak berkurang. Namun, temperatur suhu tubuh sedikit turun menjadi 39,3 derajat celcius, hetrik-nya malah naik dari 140 jadi 142 kali per menit. Kemudian, respirasi atau pernapasannya juga turun dari 60 jadi 52 kali per menit,” imbuhnya.

“Ini pun menurun tidak signifikan, walaupun sudah dilakukan pengobatan itu,” kata Nyoman. Karena tidak ada perubahan signifikan setelah dilakukan tindakan medis terhadap pasien, dokter jaga lalu melapor ke dokter spesialis anak.

“Dokter umum melaporkan lagi kondisi pasien dengan dokter Joko. Lalu, dari dokter Joko didapatkan advice baru untuk mendapatkan terapi tambahan terhadap pasien,” tutur Nyoman.

Tindakan lanjutan berupa terapi injeksi, diberikan dengan memberi obat tambahan. “Terapi inejeksi pertama diberikan obat dexametason 1 miligram. Lalu, dilanjutkan injeksi kedua dengan sextriakson 500 miligram. Nah, dari advice kedua dari dokter Joko juga disarankan agar si pasien untuk dirujuk,” ujar Nyoman.

Sebelumnya Ad (2) diduga meninggal akibat perawat RSU Menggala salah memberikan obat. Samsi (39), orangtua korban menceritakan, kronologi dugaan salah diagnosis oleh pihak RS bermula pada Senin (25/7/2016) sekitar pukul 14.15 WIB.

Warga Gunung Sakti, Kelurahan Menggala Selatan itu mengantarkan anaknya ke RSU Menggala untuk berobat, akibat penyakit batuk dan pilek yang diderita anaknya tidak kunjung sembuh. “Sesampainya di sana, langsung perawatan di ruang spesialis anak. Menurut dokternya, ada penggumpalan dahak di dada,” ucapnya, saat ditemui sejumlah wartawan, Selasa (26/7). (ist/dr)

Share :