Kerudungmu Tidak Boleh Lagi Dipakai di Amerika

ilustrasi
Share :
ilustrasi
ilustrasi

ragamlampung.com — Mariah Teli (24 tahun), seorang guru SMA di Dacula, Georgia, Amerika Serikat (AS) mendapatkan surat ancaman pada Jumat (11/11/2016) lalu. Muslimah ini dikecam lantaran mengenakan hijab.

“Kerudungmu tidak boleh lagi dipakai di Amerika. Kenapa kamu tidak mengalungkan kerudung itu di kepalamu dan kemudian gantung diri? Ikat kerudung itu di lehermu, bukan menutupi kepalamu,” demikian isi surat tersebut, seperti dilansir The Sun, Sabtu (12/11/2016).

Ia pertama kali mendapatkan surat itu tergeletak di kelas tempatnya mengajar. Tidak ada siapa pun di sana saat itu. Surat itu tampak dibuat dengan tulisan tangan dan tanpa nama pengirim.

“Saya seorang guru SMA, dan sedih sekali menemukan surat tanpa nama ini di dalam kelas tempat saya mengajar hari ini,” tulis Mariah Teli pada laman Facebook-nya.

“Saya ingin membagikan hal ini untuk meminta perhatian kita semua tentang kenyataan dan situasi masyarakat kita. Menyebarkan kebencian bukanlah jalan untuk ‘Membuat Amerika Jaya Kembali’,” kata dia dengan mengutip semboyan Donald Trump.

Teli lahir dan besar di California. Dia mengajar bahasa dan seni di SMA Dacula. Pihak sekolah tempatnya bekerja sudah memulai penyelidikan atas kasus ini.

Trump memang dalam kampanye-kampanyenya selalu mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait Muslim. Imbas kemenangan Trump yang dikhawatirkan merugikan Muslim juga terjadi terhdap dua Muslimah di dua kampus di AS.

Pihak berwenang di dua universitas di California mengatakan, Kamis (10/11/2016) polisi sedang menyelidiki serangan terhadap Muslimah itu. Salah satunya digambarkan sebagai kejahatan rasial.

Menurut laman Asia One, kedua serangan terjadi pada hari Rabu, sehari setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden AS.

Serangan pertama terjadi di San Diego State University. Dalam insiden tersebut, dua penyerang menghadang korban dan membuat komentar tentang presiden terpilih Trump dan komunitas Muslim.

Dompet, kunci kontak mobil dan tas korban juga dirampas. Tidak itu saja, ketika dia pergi untuk mendapatkan bantuan dan kembali dengan polisi, mobilnya telah dicuri, kata juru bicara polisi Ronald Broussard. Kasus ini sedang diselidiki sebagai kejahatan rasial, perampokan dan pencurian kendaraan, tambah Broussard.

“Menurut keterangan korban, ia menjadi sasaran karena dia Muslim dan mengenakan busana Muslim,” kata presiden universitas Elliot Hirshman dan kepala polisi interim Josh Mays dalam sebuah pernyataan bersama.

Sementara itu, polisi kampus San Jose State University mengatakan mereka menyelidiki serangan serupa terhadap seorang mahasiswi di sebuah garasi parkir kampus.

Menurut pernyataan yang diedarkan di kampus pada hari Rabu, seorang penyerang laki-laki mendekati korban dari belakang, menarik kerudung korban, mencekik dan mendorong korban hingga kehilangan keseimbangan.

” Pejabat kampus terus memantau perkembangan situasi yang terus diselidiki itu. Tidak ada penangkapan telah dilakukan,” kata juru bicara universitas, Pat Harris.

” Kami, tentu saja, sangat prihatin bahwa ini terjadi di kampus kami. Tidak ada yang boleh mengalami perilaku semacam ini di San Jose State,” tambahnya.

Himpunan Mahasiswa Islam New York University mengeluarkan pernyataan pada hari Rabu yang mengatakan bahwa mahasiswa teknik yang tiba pagi itu untuk menemukan tulisan ‘Trump’ tertempel di pintu kamar tempat mereka shalat.

Organisasi itu mengatakan anggotanya menyadari bahwa kampus mereka tidak kebal terhadap fanatisme berlebihan yang melanda Amerika. (ar)

Share :