Lima Hal Paling Disesali Orang di Akhir Hidupnya

ilustrasi
Share :
ilustrasi
ilustrasi

ragamlampung.com — Seorang perawat menuliskan pengalamannya mengurus pasien di rumah sakit, dan di antaranya hingga meninggal dunia.

Perawat itu, Bronnie Ware, menuliskan pengalamannya dalam buku berjudul “The Top 5 Regrets of the Dying”.
Ia mewawancarai pasien di fasilitas perawatan kesehatan tempatnya bekerja, rata-rata 12 minggu sebelum mereka meninggal. Tanpa memedulikan jenis kelamin, usia, latar belakang, kewarganegaraan, status finansial, Bonnie menemukan lima kesamaan yang disesali para pasien ini di penghujung hidupnya.

1. “Saya berharap punya keberanian untuk menjalani hidup seperti yang saya mau, bukan hidup yang orang lain kepada saya.” Menurutnya, seperti dilansir AlArabiya, hal inilah yang paling sering disesali pasien dalam hidupnya. Kebanyakan orang memilih untuk tidak mengejar mimpinya, meski hanya untuk mewujudkan setengahnya saja.

2. “Saya berharap tidak terlalu sibuk bekerja.” Hal ini, sebut Bonnie, sering diucapkan oleh pasien pria yang dirawatnya. Kebanyakan mereka kehilangan waktu melihat tumbuh kembang anak-anaknya karena terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bekerja.

3. “Saya berharap memiliki keberanian untuk mengekspresikan perasaan saya.” Kebanyakan orang, kata Bonnie, lebih memilih untuk menyimpan dan tak mengungkap langsung perasaannya demi tidak ribut atau bertengkar. Efeknya, orang-orang yang demikian banyak yang mengidap penyakit terkait dengan kegetiran yang terus menerus mereka simpan dalam hati.

4. “Saya berharap tetap menjalim kontak dengan teman-teman saya.” Begitu sibuknya dengan kehidupan sendiri, membuat kebanyakan pasien tak lagi saling berhubungan dengan teman-temannya. Banyak yang menyesal tidak memberikan cukup waktu untuk berusaha menjaga pertemanan. “Banyak yang kangen dengan teman-teman lamanya saat mereka sekarat,” tutur Bonnie.

5. “Saya berharap membuat diri saya lebih bahagia.” Bonnie mengatakan tak banyak yang menyadari jika menjadi bahagia itu adalah pilihan diri. Banyak yang terjebak dengan pola dan kebiasaan lama.

Merasa nyaman dengan hal-hal yang familiar. Tak sedikit yang akhirnya takut dengan perubahan, karena itu kerap berpura-pura “bahagia” di hadapan orang lain, juga diri sendiri. Padahal, di dalam hati ingin menertawakan kekonyolan diri sendiri. (ar)

Share :