ragamlampung.com — Tekanan hingga berbentuk penindasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar hingga kini mendekati titik puncak dan berbahaya.
Menurut dokumentasi HAM, sejak terjadinya konflik militer dan suku Rohingya di utara Rakhine tahun 2012, sebanyak 120 ribu suku Rohingya terusir dari rumahnya. Mereka tak memiliki tempat tinggal lagi karena rumah-rumahnya dihancurkan dan dibakar oleh militer Myanmar.
Ketua Komunitas Rohingya Muslim Kya Hla Aung mengatakan, sekarang sudah empat tahun etnis Rohingya hidup dalam kondisi yang mengerikan dan penuh penderitaan. “Banyak orang dewasa, anak-anak menghabiskan tahun-tahun mereka hanya menganggur,” katanya seperti dilansir Guardian, Jumat, (18/11/2016).
Sebenarnya, jelas Aung, etnis Rohingya tak akan melakukan pemberontakan terhadap Pemerintah Myanmar. “Namun, mereka ini hidupnya disiksa terus-menerus, saya khawatir mereka tak sanggup lagi menahan beban siksaan ini dan meledak.”
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Myanmar menyalahkan kelompok ekstremis Aqa Mul Mujahidin yang pemimpinnya Haviz Tohar. Bahkan mereka menyebut, kelompok ekstremis tersebut dilatih oleh Taliban dari Pakistan.
Namun, Menteri Luar Negeri Myanmar Aung San Suu Kyi menampik adanya kelompok ekstremis di Myanmar. Ia menyebut informasi itu tak kredibel.
Duta Besar Pakistan untuk Myanmar Ehsan Ullah Bath mengatakan, ia tak mendapatkan informasi mengenai Aqa Mul Mujahidin. “Kami tak mendapat informasi dari Pemerintah Pakistan mengenai keterkaitan Pakistan dalam kelompok tersebut.” (ar)
Leave a Reply