ragamlampung.com — Setelah berhasil menguji dua rudal balistik antarbenua dalam hitungan minggu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengumumkan akhir bulan lalu bahwa Pyongyang sekarang mampu menyerang daratan Amerika Serikat.
Sejumlah analis berbasis di Amerika Serikat mendukung klaim Kim tersebut. Peluncuran ICBM Korea Utara pada 28 Juli menunjukkan bahwa beberapa kota besar di Amerika memang berada dalam jangkauan rudal.
Banyak ahli prihatin rezim tersebut meski sudah mendapat sanksi internasional tapi program senjata nuklirnya makin maju.
Dilansir dari The Huffpost, Sabtu (5/8/2017), Jenderal Lori Robinson, komandan Komando Pertahanan Luar Angkasa Amerika Utara dan Komando Utara AS meyakinkan publik bahwa sepenuhnya bisa mempertahankan negara itu dari ancaman rudal balistik.
Namun, tes ICBM bulan lalu, diikuti serangkaian peluncuran rudal balistik baru-baru ini, membuktikan Pyongyang telah mendekati tujuannya mengembangkan rudal yang dapat membawa hulu ledak nuklir ke AS.
Meskipun banyak ketidakpastian seputar keadaan pasti program nuklir Korea Utara, pejabat pertahanan harus menganggap ancaman ini dapat dimnifestasikan kapan saja.
“Korut pasti bisa mengejutkan AS dengan sebuah serangan,” kata Jeffrey Lewis, pakar nonproliferasi nuklir Middlebury Institute of International Studies. AS.
Lewis yakin Korea Utara mampu meluncurkan rudal bersenjata nuklir ke luar negeri. “Anda harus benar-benar mempertimbangkan kemungkinan Korea Utara dapat meluncurkan beberapa rudal sebelum kita tahu di mana mereka berada,” katanya.
Jika Korea Utara yang pemberontak menembakkan ICBM berujung nuklir ke tanah Amerika, dapatkah AS mempertahankan diri?
Kabar baiknya adalah teknologi pertahanan rudal semacam itu memang ada, dan telah berjalan lebih dari satu dekade. Badan Pertahanan Rudal Pentagon mengembangkan sistem Pertahanan Daratan berbasis Ground, atau GMD, sebagian sebagai respon terhadap ancaman pembasmian rudal balistik Korea Utara.
GMD adalah satu-satunya sistem pertahanan rudal Amerika yang dibentuk untuk mempertahankan negara dari serangan rudal balistik jarak jauh yang tidak canggih dan hulu ledak yang masuk. Ini pertama kali dioperasikan secara operasional pada tahun 2004, dan memiliki biaya pembayar pajak lebih dari 40 miliar dolar AS. (ar)
Leave a Reply