Perang Nuklir di Semenanjung Korea Bisa Terjadi Kapan Saja

program nuklir korea utara
Share :

ragamlampung.com — Wakil Duta Besar PBB untuk Korea Utara memperingatkan situasi di Semenanjung Korea telah mencapai titik sentuh dan bahaya perang nuklir yang kapan saja bisa terjadi.

Kim In-ryong mengatakan kepada komite perlucutan senjata Majelis Umum PBB, Senin (15/10), Korea Utara satu-satunya negara di dunia telah mengalami ancaman nuklir ekstrem dan langsung dari Amerika Serikat sejak tahun 1970-an. Karena itu, negara tersebut berhak memiliki senjata nuklir untuk membela diri.

Dia menunjuk pada latihan militer skala besar setiap tahun dengan menggunakan aset nuklir, dan paling berbahaya adalah rencana AS dengan “operasi rahasia bertujuan menyingkirkan pemimpinan Korea Utara.

Tahun ini, kata Kim, Korea Utara menyelesaikan kekuatan nuklir negara dan dengan demikian menjadi tenaga nuklir penuh yang memiliki sarana pengiriman berbagai jenis, termasuk bom atom, bom hidrogen, dan roket balistik antarbenua.

“Seluruh daratan AS berada dalam jangkauan tembak kami, jika AS berani memasuki wilayah suci kami bahkan satu inci pun, tidak akan lolos dari hukuman berat kami di belahan dunia manapun,” dia memperingatkan, seperti dilansir dari Al Jazeera, Selasa (17/10/2017).

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan pada hari Minggu bahwa upaya diplomatik bertujuan menyelesaikan krisis Korea Utara akan berlanjut sampai bom pertama turun.

Kim mengatakan kepada komite pelucutan senjata PBB, Korea Utara berharap sebuah dunia bebas nuklir, namun negara tersebut tak akan pernah menyerahkan kemampuan nuklirnya.

“Jika kebijakan bermusuhan dan ancaman nuklir AS benar-benar diberantas, kita tidak akan pernah menempatkan senjata nuklir dan roket balistik kita di meja perundingan dalam situasi apapun,” katanya.

Sementara itu, AS tidak mengesampingkan kemungkinan pembicaraan langsung dengan Korea Utara, kata Wakil Sekretaris Negara John J Sullivan, setelah Kim memberikan komentarnya.

“Akhirnya, kami tidak mengesampingkan kemungkinan jalannya pembicaraan langsung,” kata Sullivan, di Tokyo setelah melakukan pembicaraan dengan mitranya dari Jepang.

“Fokus kami adalah pada diplomasi untuk mengatasi masalah ini. Bagaimanapun dengan sekutu kita, Jepang dan Korea Selatan dan tempat lain, bersiaplah untuk yang terburuk jika diplomasi gagal.” (ar)

Share :