ragamlampung.com — Jasamah (44), warga Desa Gunung Gijul, Kecamatan Abung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, kini tak berdaya di ruang dapur tempat tinggalnya. Ia menderita penyakit cacat sejak lahir, tidak bisa berjalan dan berbicara.
Jasamah tinggal bersama adik kandungnya, Alpaidi (42), di rumah panggung sederhana. Atap rumah terbuat dari papan, beralaskan atap seng dan genteng yang kusam dan lapuk. Dan saat hujan air masuk dari atap langit rumah.
“Kakak saya cacat dari lahir. Ayah saya meninggal dan ibu masih hidup tapi tidak bisa melihat lagi. Ibu tinggal bersama saudara yang lain, kami harus berbagai karena tidak mampu,” kata Alpaidi, Minggu (17/9/2017).
Alpaidi menuturkan, kakaknya harus tinggal menyendiri di ruangan berukuran 2 x 2 meter dan beralaskan tikar. Di ruangan itu Jasamah menghabiskan hari-harinya mulai makan, minum hingga mandi dan buang air besar serta buang air kecil.
“Ayuk saya nggak bisa ngapa-ngapain, hanya bisa tidur dan duduk saja. Untuk itu semua kebutuhan dan aktifitasnya saya yang mengurusi. Kebutulan juga saya belum menikah, nggak tega mau ninggalin ayuk saya. Kalau saya menikah siapa yang akan mengurusnya,” katanya.
Alpaidi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hanya mengandalkan penghasilan sebagi buruh deres karet. Ia tiap minggu mendapat upah sebesar Rp150 ribu.
Dengan uang seadanya itu ia harus mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan makan seadanya. Karena itu, ia tidak bisa membawa saudara perempuannya berobat.
“Kami hanya mampu membawanya ke pengobatan alternatif, di sana juga tak sanggup mengobatinya sampai sembuh total,” katanya.
Kepala Desa Gunung Gijul, Feri Ferdiansyah membenarkan keluarga itu hidupnya memprihatinkan.
“Kalau desa sifatnya membantu ala kadarnya melalui swadaya masyarakat, itu juga terbatas sesuai kondisi perekonomian warga. Karena itu, kami berharap ada dermawan menyisihkan sebagai rezekinya untuk Jasamah,” kata Feri. (ar)
Leave a Reply