ragamlampung.com — Korban tewas akibat bom kembar dahsyat di ibukota Somalia, Mogadishu, Sabtu (14/10), menjadi 276 orang dan sekitar 300 orang lainnya terluka. Bom ini merupakan serangan paling mematikan yang pernah terjadi di negara Afrika tersebut.
Serangan ini juga paling mematikan yang pernah terjadi di sub-Sahara Afrika, lebih besar dari serangan Universitas Garissa di Kenya tahun 2015, dan pemboman Kedutaan Besar AS di Kenya dan Tanzania tahun 1998.
Ledakan pertama bom berasal dari sebuah truk merobek jantung kawasan K5 Junction di kota – persimpangan K5 merupakan wilayah perkantoran, hotel, dan restoran, dan kantor pemerintahan. Bom kedua meledak dua jam kemudian di Distrik Madinah.
Menteri Informasi Abdirahman Osman, dilansir dari ABC News, Senin (16/10/2017), mengatakan, korban tewas diperkirakan bertambah karena saat ini masih dalam pencarian petugas. Ia menggambarkan serangan tersebut sebagai tindakan barbar.
Direktur Rumah Sakit Madina, Mohamed Yusuf Hassa terkejut dengan skala serangan tersebut. “Yang terjadi kemarin tidak bisa dipercaya, saya tidak pernah melihat hal seperti itu sebelumnya, dan tak terhitung orang yang tewas. Jenazah terbakar sampai tak bisa dikenali,” katanya, dikutip dari BBC.
Serangan tersebut menghancurkan harapan pemulihan di negara miskin yang rapuh akibat konflik selama puluhan tahun. Ini juga menimbulkan keraguan kemampuan pemerintah mengamankan kota pantai yang berpenduduk lebih dari 2 juta orang.
Saat pemrotes marah berkumpul di dekat lokasi serangan, pemerintah Somalia menyalahkan kelompok ekstremis Al Shabaab yang terkait Al Qaida. Namun, kelompok ekstremis paling mematikan di Afrika itu yang sering menargetkan daerah ibu kota, belum memberikan komentar. (ar)
Leave a Reply