ragamlampung.com — Presiden Filipina Rodrigo Duterte dikenal sebagai pemimpin keras dan tegas. Selama memimpin negara itu meski baru seumur jagung, Duterte memberlakukan tembak mati terhadap pengedar narkoba. Sedikitnya 5.000 pengedar narkoba tewas setelah pemberlakuan resmi Duterte.
Ia mengakui pernah membunuh pelaku tindak kriminal dengan tangannya sendiri ketika ia masih menjabat Wali Kota Davao.
“Di Davao, saya biasa melakukannya sendiri, hanya untuk menunjukkan kepada mereka (kepolisian) bahwa jika saya saja bisa melakukannya, mereka juga bisa,” kata Duterte, dalam sebuah pidato yang dikutip AFP, Rabu (14/12/2016).
Duterte mengatakan, operasi itu merupakan rutinitasnya selama 20 tahun menjabat sebagai wali kota. Ia biasa berpatroli dikawal oleh orang-orang yang mengendarai motor besar.
“Saya akan berkeliling di sekitar Davao dengan motor, dengan motor-motor besar di sekelilingnya, dan saya berpatroli, mencari masalah yang ada. Saya hanya ingin mencari konfrontasi agar dapat membunuh,” katanya.
Kini, setelah ia naik takhta menjadi presiden, Duterte pun menerapkan cara serupa untuk memberantas para pengedar narkoba. Bedanya, pembunuhan itu dilakukan oleh polisi.
Akibat kampanye ini, Duterte mendapat kecaman dari banyak pihak atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia. Kecaman itu juga datang dari Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Hubungan AS dan Filipina sebagai sekutu pun memanas.
Dalam pidatonya kali ini, Duterte kembali mengkritik kecaman dari Obama tersebut. Duterte berjanji akan tetap melancarkan kampanye tersebut meskipun berbagai lembaga internasional dan Obama mengkritiknya.
“Jika mereka menganggap saya akan menghentikan itu karena takut dengan para pemerhati HAM, termasuk Obama, maaf, saya tidak akan melakukannya,” katanya. (cnn/dr)
Leave a Reply