Islamofobia Paksa Sebuah Keluarga Muslim Tinggalkan AS

ilustrasi
Share :
ilustrasi
ilustrasi

ragamlampung.com — Kegundahan semakin terasa di benak Zeeshan-ul-hassan Usmani setelah menyaksikan anak-anaknya mengalami perlakuan buruk di lingkungan tempat tinggalnya di North Carolina, Amerika Serikat.

Usmani adalah seorang ilmuwan Pakistan yang telah bekerja dan tinggal di AS bersama istri dan ketiga anaknya sejak 2004 lalu. Namun, Usmani terpaksa membawa kembali keluarganya pulang ke kampung halaman pada pekan lalu karena merasa AS sudah tidak aman bagi keluarga Muslimnya tersebut.
“Sebenarnya karena faktor pekerjaan saya merasa lebih aman tinggal di AS daripada di Pakistan. Namun anak-anak saya mengatakan mereka merasa lebih aman tinggal di Pakistan daripada di AS,” ucap Usmani seperti diberitakan Independent, pekan lalu.
Dengan berat hati, Usmani dan keluarga memutuskan kembali ke Pakistan setelah beberapa kali menerima perlakuan buruk akibat agama mereka. Sentimen Islamofobia ini mulai membahayakan anak-anaknya.
Pada suatu hari, istri Usmani menyaksikan anak ketiganya pulang sekolah dengan luka-luka memar. Abdul Aziz, 7, ditendang keluar bus sekolah sehingga terpaksa harus berjalan kaki pulang ke rumah.
Sekelompok teman sekolah Abdul memukul serta menendang kakinya dan memelintir tangannya sambil meneriakinya “Muslim” di dalam bus sekolah.
Usmani mengunggah foto Abdul dengan tangannya yang berpenyangga ke Facebook yang langsung menuai perhatian publik. Namun, Usmani mengaku masih belum mendengar respons dari sekolah Abdul yang menyatakan pengaduannya tidak sesuai dengan pernyataan para saksi mata.
“Kami belum dapat jawaban dari kepala sekolah, mereka bilang sekolah tidak bisa menghubungi kami,” tutur Usmani.
Lisa Luten dari Wake County Public School System menyebutkan penyelidikan telah dilakukan oleh pihak sekolah Dasar Weatherstone. Luten berujar, para saksi termasuk sopir bus mengaku tidak melihat adanya diskriminasi yang terjadi pada Abdul. Ia menyatakan kepala sekolah telah berupaya menghubungi Usmani namun tidak ada jawaban.
“Ada seorang anak yang duduk di sebelah Abdul dan anak itu memang melaporkan adanya perkelahian. Tapi mereka tidak menyebutkan adanya Islamofobia,” kata Luten.
Abdul bukan satu-satunya anak dari keluarga Usmani yang mengalami perlakuan berbau Islamofobia. Anak kedua Usmani yang berusia 8 tahun dipanggil sebagai “teroris” di sekolahnya hanya karena ayahnya berjenggot.
Usmani juga bercerita, kawan sekolah putra anak sulungnya yang berusia 14 tahun pernah membawa pisau ayahnya yang dibeli di Columbia. Saat anaknya melakukan hal yang sama, membawa pisau Usmani yang dibeli di Pakistan, sekolah langsung dalam keadaan waspada, ditutup demi keamanan, dan dia diskors enam bulan.
Usmani merupakan seorang sarjana yang dua kali meraih beasiswa Fulbright dan pengembang perangkat lunak yang berkolaborasi dengan utusan khusus PBB dalam misi memberantas terorisme. Usmani mengaku, belakangan Islamofobia terasa menguat di kalangan warga AS.
Sekitar Juni lalu, seorang pria masuk sambil marah-marah ke dalam masjid di Fayetteville yang kerap dikunjungi Usmani dan keluarga. Pria itu adalah veteran perang Irak, Russell Thomas Langford. Langford juga meninggalkan beberapa kantung daging babi asap atau bacon di luar Masjid Fayetteville, penghinaan yang besar bagi umat Islam.
Sebulan kemudian, tepatnya Juli 2016, keluarga Usmani melaporkan ancaman yang mereka terima dari tetangganya. Salah satu tetangga Usmani datang ke rumahnya di tengah malam untuk memberitahu dia dan keluarganya untuk jaga sikap jika ingin tinggal di AS.
Kepolisian setempat menanggapi laporan Usmani dan memindahkan tetangganya itu dari lingkungan tersebut.
Pada September lalu, sebuah masjid di Florida yang kerap dikunjungi Usmani saat masih menjadi mahasiswa di sana juga ikut terbakar. Berbagai kejadian Islamofobia yang dialami Usmani dan keluarga ini, tuturnya, terjadi dalam satu tahun ini.
Sentimen Islamofobia yang marak di AS juga dibakar oleh pernyataan calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump dalam masa kampanyenya.
Dalam kampanyenya, Trump berencana melarang sementara semua Muslim untuk memasuki AS jika ia berhasil memenangi pemilu nanti. Trump juga menyebutkan akan melakukan “pemeriksaan ekstrem” bagi pengungsi dan orang Islam di AS.
Usmani mengaku ingin mencoba kembali tinggal di AS namun setelah Donald Trump dipastikan kalah dalam pemilu mendatang.
“Mereka (warga AS) tidak mengenal kami atau bagaimana kami diperlakukan di negara asal kami. Orang-orang juga perlu mengerti bahwa anak saya baru berusia tujuh tahun. Kami tidak ingin hal ini terjadi pada anak-anak lain seusianya,” tutur Usmani. (ar)
Share :