Ini Penyebab Si Kaya Makin Tajir, Si Miskin Makin Susah

ilustrasi
Share :
ilustrasi
ilustrasi

ragamlampung.com — Sudah banyak diskusi dan statemen soal kesenjangan kekayaan dan kemiskinan di masyarakat. Yang terjadi di Indonesia termasuk rumit, karena berkaitan berbagai faktor.

Tapi, satu kepastiannya adalah gap makin lebar, kemiskinan yang mendominasi makin mengangga lebar dan menyebar ke beragai lapisan masyarakat. Sedangkan kekayaan hanya dikuasai segelintir orang, terbatas, dan eksklusif.

Berikut tulisan dilansir dari hipwee mungkin bisa menyederhanakan penjelasan si kaya makin tajir, dan si miskin yang makin susah:

1. Orang kaya punya visi, orang miskin tak punya kontrol

Mentalitas siap kaya membuat seseorang tahu kehidupan seperti apa yang ingin mereka bangun. Mereka tidak ragu-ragu membentuk gambaran tentang hidup impian dengan jelas di kepalanya. Visi yang sejernih kristal ini bisa jadi penyemangat ketika berbagai kesulitan menghampiri.

Mentalitas semacam ini tidak dimiliki oleh mereka yang miskin. Orang-orang miskin tetap miskin karena merasa tidak bisa mengontrol jalannya roda kehidupan mereka. Tidak jelasnya visi dan rasa tidak punya kontrol atas hidup membuat orang miskin tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.

Ibaratnya, visi yang jelas adalah peta yang bisa membawa orang kaya sampai ke tempat tujuan tanpa tersasar. Sementara orang miskin hanya puas dengan membaca arah angin.

2. Orang kaya punya mimpi besar, orang miskin besar bicara

Orang kaya punya keberanian untuk selalu bermimpi besar. Terkadang impian mereka terlihat tidak masuk akal dan mustahil untuk dicapai. Hanya orang yang siap kaya yang berani berkata lantang.

Sementara orang miskin punya kecenderungan untuk menertawakan impian besar tersebut. Tidak jarang mereka mengeluarkan kata-kata meremehkan yang membuat si orang yang siap kaya itu tersudutkan. Barulah saat si kaya terbukti bisa mencapai impiannya, orang-orang miskin akan menutup mulut.

3. Orang kaya berpikir untuk menang, orang miskin takut kalah

Setiap dihadapkan pada persaingan, orang kaya akan memutar otak untuk memenangkannya. Persaingan dipandang sebagai hal yang wajar, menang dan kalah adalah hal yang harus dihadapi.

Sedangkan orang miskin akan selalu berpikir untuk melindungi apa yang telah mereka miliki. Mereka enggan berjudi nasib, masuk ke dalam persaingan demi mendapatkan pencapaian yang lebih besar. Orang dengan mental miskin akan merasa cepat puas terhadap apa yang sudah dimilikinya, meski jumlahnya belum seberapa.

Orang miskin kebanyakan jadi miskin selamanya karena tidak mau mencoba mengorbankan apa yang telah mereka miliki demi pencapaian yang lebih besar.

4. Orang kaya lihat peluang, orang miskin lihat rintangan

Orang kaya akan fokus memandang peluang. Mereka akan melakukan segalanya demi mencapai tujuan akhir, yaitu kesuksesan. Segala permasalahan yang muncul sepanjang usaha mencapai kesuksesan akan dihadapi dan berusaha diselesaikan satu per satu.

Sebaliknya, orang yang mentalitasnya miskin hanya akan terpaku pada rintangan. Sedikit-sedikit ngeluh, sedikit-sedikit takut gagal. Akhirnya, orang dengan mentalitas macam ini akan terjebak dalam ketakutannya sendiri.

5. Orang kaya dan miskin dibedakan dari komitmen

Hal mendasar yang bisa menyebabkan perbedaan nasib seseorang adalah konsistensinya untuk menjalankan komitmen. Orang kaya akan menetapkan tujuan, bekerja keras, dan menunjukkan komitmen kuat demi tidak berhenti berusaha sebelum hal yang ingin tercapai ada di tangan.

Orang miskin juga punya impian, tapi mereka tidak berani menetapkan visi dan tujuan jelas yang ingin dicapai. Hasilnya, saat ada rintangan kecil di depan mata, orang miskin cenderung lebih gampang menyerah. Sementara orang miskin sibuk bermimpi, orang kaya sibuk mempertebal komitmen agar tidak menyerah di tengah jalan. (ar)

Share :