Misteri Kampung Tak Berpenghuni di Tulangbawang

Share :

kampung-karya-cipta-abadi-tulangbawang
ragamlampung.com — Sebuah kampung di Kabupaten Tulangbawang sejak empat tahun silam hingga kini, perlahan tapi pasti ditinggalkan warganya. Mereka tidak nyaman dan tenteram tinggal di kampungnya sendiri. Kampung itu adalah Karya Cipta Abadi yang merupakan pemekaran dari Kampung Kampung Telas, Kecamatan Dente Teladas tahun 2008.

Warga kampung yang semula berjumlah sekitar dua ratusan kepala keluarga, kini tinggal 20 KK dengan luas wilayah 400 hektare. Mereka terpaksa meninggalkan kampungnya karena selalu terjadi sengketa lahan dan hasil pertanian maupun tangkapan ikan mereka dijarah orang-orang tak bertanggungjawab.

“Warga di sana hidup bercocok tanam dan nelayan, tapi kini warganya pergi meninggalkan kampung karena tidak dapat bertahan hidup di dalam kampung,” kata Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kampung dan Kelurahan (BPMK) Tulangbawang Hamami Ria, Selasa (8/11/2016).

Hamami mengatakan, awalnya warga setempat berniat untuk berusaha bertahan hidup di kampung. Tapi, ada sengketa lahan sehingga mereka tidak bisa bertahan hidup di sana. “Hasil tani pun sering dijarah orang tidak bertanggung jawab. Jadi, mereka pergi tinggalkan kampung,” katanya.

Namun, anehnya meski tidak layak lagi disebut kampung, disinyalir pemkab setempat tiap tahun selalu mengucurkan dana bantuan dan program yang berjumlah ratusan juta rupiah ke tempat itu.

Ketua LSM Lembaga Pemantau Pembangunan Daerah (LPPD) Ali Yanto, mengatakan, tahun 2013 dan 2014, Pemkab Tulangbawang mengucurkan dana Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) dari APBD sebesar masing-masing Rp200 juta.

Menurut Ali, tahun 2015 melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam) dikucurkan lagi dana sebesar Rp263.477.985 dan Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp282.101.944.

Lalu, tahun 2016, melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam) sebesar Rp602.883.671. Dari Dana Desa (DD) sebesar Rp361.000.000, dan ADD sebesar Rp241.883.671.

“Realisasi penggunaan APBKam ke penyelenggara pemerintah kampung, pembangunan kampung, pembinaan masyarakat serta pemberdayan masyarakat, diduga ada beberapa item yang difiktifkan,” ujarnya, dikutip dari harianbongkarpost.com, Minggu (6/11/2016),

Ia menjelaskan, realisasi APBKam Kampung Cipta Karya Abadi tahun 2015, jauh dari harapan. Miliaran rupiah diduga tidak terealisasi, seperti kegiatan penyelenggaraan pemerintah kampung, insentif aparatur kampung yang ditengarai banyak difiktifkan senilai Rp29.825.983. Sebab, di kampung tersebut tidak ada masyarakatnya.

Anggaran lain yang juga difiktifkan di antaranya pemberdayaan petani, pembelian bibit, dan pupuk senilai Rp11.760.000, kegiatan ibu-ibu pengajian sebesar Rp17.000.000, dan kegiatan pembinaan olahraga sebesar Rp6.350.000.

“Pembinaan karang taruna Rp3.000.000, bidang kelembagaan senilai Rp21.000.000, belanja kantor Rp11.360.000, juga diduga difiktifkan,” katanya. Hal ini diduga terjadi pula tahun 2016, yang dipastikan anggaran yang sama dikucurkan ke Kampung Karya Cipta Abadi tersebut.

Ali mengatakan, pihaknya mengkroscek ke lokasi kampung tersebut, dan ternyata tidak layak dijadikan kampung, karena hanya bermukim sekitar 20 KK. Selain itu, aparatur kampung termasuk kepala kampung tidak tinggal di kampung tersebut.

Ia meminta Inspektorat agar memeriksa Kepala Kampung Cipta Karya Abadi yang diduga kuat telah menggelapkan dan merugikan negara senilai miliaran rupiah dari kegiatan ADD APBKam sejak tahun 2015. Dan juga aparat penegak hukum mengusut kerugian negara hingga ratusan juta rupiah itu.

Ali juga minta BPMPK menyetop pencairan APBKam termin terakhir tahun 2016 ini, sebagai antisipasi kerugian negara berikutnya.

Pelaksana tugas (Plt) Bupati Tulangbawang Rimir Mirhadi terkejut saat diberi tahu bahwa di kampung itu tak lagi penghuninya. Kampung itu salah satu kampung dari 151 kampung/kelurahan di Tulangbawang.

“Apa iya, ada kampung tapi tidak ada penduduknya. Itu ceritanya bagaimana dan seperti apa,” kata mantan Sekretaris Kabupaten Tulangbawang itu, Selasa (8/11/2016).

Ia akan memanggil satuan kerja terkait untuk mengetahui lebih lanjut kampung itu. Ia mengaku heran hal itu bisa terjadi. “Saya akan panggil leding sektor supaya menjelaskan kondisi di lapangan yang sebenarnya,” ujarnya. (ar)

Share :