Unggul Suara, Clinton Tetap Gagal Jadi Presiden

Share :

hillary-clinton
ragamlampung.com — Kandidat presiden Amerika Serikat Hillary Clinton ternyata mendapatkan suara yang lebih banyak ketimbang Donald Trump. Tapi, karena sistem elektoral yang ditetapkan Amerika Serikat membuat Trump yang berhasil memenangkan pemilihan presiden AS dan menjadi Presiden Amerika ke-45, Selasa (9/11/2016).

Hingga penghitungan suara pada pukul 3 GMT, Clinton telah memenangkan 59.299.381 suara secara nasional. Sedangkan Trump mendapatkan 59.135.740 suara – 163.641 suara kurang dari Clinton.

Hasil ini membuat Clinton menjadi kandidat presiden kelima yang gagal memenangkan pemilihan presiden walaupun mendapatkan suara yang lebih banyak sepanjang sejarah Amerika Serikat.

Kekalahan seperti itu dapat terjadi karena sistem pemilihan suara AS memungkinkan seorang kandidat memenangkan pemilihan presiden walaupun terpaut hingga 30 persen dari popular vote. Kandidat presiden di AS bersaing untuk mendapatkan suara elektoral bukan untuk mendapatkan suara terbanyak.

Setiap negara bagian dalam electoral college memiliki angka suara elektoral tertentu yang sudah ditetapkan. Jika seorang kandidat unggul di sebuah negara bagian, maka dia akan memenangkan suara elektoral dari negara tersebut – bahkan walaupun dia hanya unggul satu suara saja.

Empat kandidat presiden lain yang gagal kendati mendapatkan suara lebih banyak:

1. Al Gore yang kalah dari George W Bush pada 2000
2. Grover Cleveland, kalah dari Benjamin Harrison pada 1888
3. Samuel Tilden, kalah dari Rutherford B. Hayes pada 1876
4. Andrew Jackson, kalah dari John Quincy Adams pada 1824

Kemenangan Trump memicu gelombang imigrasi ke Selandia Baru, Rabu (9/11/2016) waktu setempat. Selama 24 jam terakhir situs Imigrasi Selandia Baru (ISB) telah mendapatkan kunjungan dari warga negara AS sebanyak 56.300 kali. Padahal dalam hari-hari biasa, situs ISB hanya dikunjungi rata-rata 2.300 pengunjung.

Dalam jangka waktu 24 jam terakhir lebih dari 7.000 warga negara AS mengajukan ketertarikan pindah ke Selandia Baru. Angka ini lebih kali dua kali lipat dari rata-rata bulanan yang diterima ISB.

Hal yang serupa terjadi beberapa bulan usai Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa (Brexit). Selandia Baru dianggap sebagai tempat pindah yang ideal karena memiliki kultur sejarah yang sama dengan Inggris.

Sementara itu situs New Zealand Now yang memiliki informasi mendetail mengenai hidup, bekerja, bersekolah serta menanamkan modal di Selandia Baru telah diakses lebih dari 70.500 pengguna di AS selama 24 jam. Angka tersebut 69.000 lebih banyak daripada rata-rata harian kunjungan ke situs New Zealand Now. (ar)

Share :