Ahok Terlambat, Minta Maaf setelah Terjadi Gejolak

ketua mui kh maruf amin.
Share :

ragamlampung.com — Pakar hukum tata negara Prof Dr Mahfud MD menilai, permintaan maaf calon Gubernur Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) memang terlambat disampaikan kepada Ketua MUI Ma’ruf Amin.

Permintaan maaf itu juga disampaikan setelah terjadi berbagai gejolak umat NU di berbagai daerah.

Ahok pascapersidangan 31 Januari lalu enggan meminta maaf atas sikapnya yang terkesan mengintimidasi KH Ma’ruf Amin‎. Tiba-tiba Rabu (1/2/2017) sore, beredar video Youtube permintaan maaf Ahok.

“Ahok memang sudah meminta maaf, tapi menurut saya, permintaan maaf itu terlambat,” kata Mahfud, di Jakarta, Kamis (2/2/2017).

Menurut Mahfud, Ahok akan lebih elok meminta maaf usai melakukan tindakan yang tidak etis kepada Kiai Ma’ruf.

Prof Karim Suryadi, pengamat komunikasi politik, berpendapat, permintaan maaf Ahok sudah bagus. Namun, itu tidak bisa mengendalikan situasi sebelumnya yang sudah terlanjur bergejolak.

“Islam sangat menghargai ulamanya dan Kiai Ma’ruf adalah ulama yang disegani. Ketika ulamanya dibentak, apalagi diperlakukan layaknya terdakwa, wajar bila umat marah,” tegasnya.

Sementara itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta semua pihak menjaga martabat pemuka agama dengan tidak mempermalukannya di depan umum.

“Semua kita khususnya elit negeri ini, haruslah senantiasa menjunjung tinggi ajaran agama, menjaga simbol-simbol agama, dan menghormati para pemuka agama. Di negeri mayoritas Muslim ini, kita harus benar-benar menjaga kehormatan ulama dan kiai,” katanya, di Jakarta, dikutip dari laman Kemenag, Kamis (2/2/2017).

Sebab, menurut Lukman, risikonya amat besar, bisa menimbulkan kegaduhan dan makin kontraproduktif bagi persatuan dan kesatuan bangsa. “Energi pun akan terkuras ke arah yang tak semestinya sehingga pembangunan jadi terhambat,” katanya.

Ia mengatakan, Indonesia memang bukan negara agama, tapi agama menempati posisi penting dalam sejarah perjalanan bangsa.

Pesan agama bahkan mewarnai Pancasila dan UUD 1945 yang menjadi dasar Negara. Bhineka Tunggal Ika mengandung pesan keagamaan kuat tentang pentingnya menghargai keragaman karena itu adalah kehendak Yang Maha Kuasa.

NKRI adalah pengejawantahan dari kesadaran bersama untuk terus menjaga persatuan bangsa dan negara, karena cinta Tanah Air adalah bagian dari nilai keimanan dalam beragama.

Lukman juga mengajak umat beragama untuk menahan diri dari tindakan provokatif dan memecah belah. Semua harus bersinergi dalam usaha bersama membangun bangsa. Potensi benturan umat dengan elit negara harus dihindari karena tidak produktif bagi perjalanan negeri.

“Sekarang, saatnya elit dan umat harus bersatu. Elit negara bekerja sesuai mandat yang diamanahkan, tidak khianat, serta bisa menjadi teladan dalam bersikap. Umat memberi dukungan dan kepercayaan sambil terus melakukan pengawasan. Ulama harus dijunjung oleh umara karena ulama adalah pembimbing umat,” ujarnya. (ar)

Share :