Korban Kebijakan Trump, Bocah Keturunan Iran Diborgol

Share :

ragamlampung.com — Kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kian hari membawa korban. Seorang bocah berusia lima tahun sempat diamankan dan diborgol petugas imigrasi bandara, di Amerika Serikat.

Bocah itu diperlakukan seperti itu dengan alasan berisiko mengakibatkan gangguan keamanan.

Gedung Putih, dilansir cnn, Kamis (2/2/2017), mengakui kejadian tersebut. Anak keturunan Iran yang dilaporkan berkewarganegaraan AS itu adalah satu di antara 100 orang yang ditahan menyusul perintah imigrasi Presiden Donald Trump.

“Mengasumsikan hanya karena usia dan jenis kelamin seseorang maka dia tidak berpotensi mengakibatkan gangguan keamanan adalah sebuah kesalahan,” kata juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, dikutip The Independent.

Rekaman video menunjukkan ibu bocah tersebut menunggu dengan gelisah di Bandara Internasional Dulles, Washington DC, sebelum akhirnya kembali bertemu dengan sang anak.

Dia kemudian menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada anaknya dalam bahasa Inggris sembari memeluk dan menciumnya. Orang-orang yang ada di sekitar mereka pun bersorak.

Sang ibu menolak untuk berbicara dengan wartawan, tapi Senator Chris Van Hollen mengatakan anak itu adalah warga AS yang tinggal dengan ibunya di Maryland.

Kemarahan terus muncul akibat kebijakan Trump melarang imigrasi dari tujuh negara Muslim. Perintah eksekutif itu juga melarang pengungsi Suriah memasuki Amerika.

Sementara itu, tak ada tanda-tanda bahwa Donald Trump memahami etika diplomasi yang seharusnya sudah dikuasai oleh seorang kepala negara. Hari Kamis (2/2/2017) Trump kembali membuat berita di mana ia dikabarkan ribut dengan perdana menteri Australia Malcolm Turnbull. Kali ini persoalannya adalah kesepakatan mengenai pengungsi antara AS dan Australia.

Menurut laporan, Trump secara tiba-tiba mengakhiri pembicaraan dengan Turnbull karena persoalan pengungsi.

Washington Post adalah media pertama yang mengklaim memiliki sumber orang dalam, yakni seorang pejabat senior AS, yang berkata bahwa minggu lalu Trump menelepon Turnbull. Ia kemudian geram pada Turnbull dan tiba-tiba menyudahi pembicaraan padahal baru berlangsung selama 25 menit.

Kabarnya Trump berkata bahwa ia telah menelepon pemimpin dunia lainnya, termasuk Putin, dan pembicaraan dengan Turnbull adalah yang terburuk.

Keributan Trump dengan pemimpin dari salah satu negara yang selama ini beraliansi dengan AS itu disebabkan oleh kebijakan pengungsi masa pemerintahan Obama.

Pada November 2016 lalu, Obama melalui mantan menteri luar negeri AS John Kerry membuat kesepakatan dengan Turnbull yang intinya AS setuju menerima pengungsi yang ditempatkan Australia di rumah detensi di Nauru dan Manus yang terletak di Kepulauan Pasifik. Ada lebih dari 1.200 pengungsi di wilayah tersebut. (ar)

Share :