Isbedy Stiawan : Khamami Lima Tahun Kedepan Diharapkan Bangun Peradaban Mesuji

Share :

ragamlampung.com – Pelestarian kebudayaan penting bagi pembangunan daerah seiring pembangunan fisik, agar kegiatan yang dilakukan dapat mensejahterakan masyarakatnya.
Hal ini, senafas dengan lirik lagu  ‘Indonesia Raya.’

“Bangunlah jiwanya, bangunlah raganya.” Itu sepenggal lirik lagu Indonesia Raya.

Artinya, Pemerintah Daerah harus berpikir membangun jiwa(manusia)nya terlebih dahulu, barulah pembangunan lainnya.

Ulasan kalimat itu, disampaikan oleh Isbedy Stiawan, saat memenuhi undangan sebagai pembicara dalam diskusi Ormas GPM Mesuji. Jum’at, 31/3/2017.

Saat ini, lanjut Isbedy, Mesuji belum nampak menyentuh “Peradaban.” Karena itu, lima tahun kedepan kepemimpinan Khamami diharapkan dapat membangun jiwa(peradaban)
budaya di Mesuji.

“Lewat apa?, melalui festival kesenian dan kebudayaan yang hidup dan berkembang di Masyarakat Masyarakat Mesuji,” jelas Isbedy.

Menurut Isbedy, melalui pelaksanaan festival-festival senibudaya secara rutin dan sungguh-sungguh maka pemerintah dapat menguatkan peradaban yang ada.

Ditambahkan Isbedy, kekayaan senibudaya yang hidup di masyarakat jika tak ditumbuhkembangkan akan ditinggalkan.

“Semakin menjauhkan masyararakat dari senibudaya, dikhawatirkan generasi muda kian terpengaruhi dengan budaya dari luar. Seperti mengonsumsi obat-obat terlarang, dan
lainnya,” ucap Isbedy.

Karena itu, lanjut Isbedy lagi, pemerintah harus membangun jiwa terlebih dulu. Inilah yang dinamakan penguatan SDM.

Dilain sisi, saat ini, ditahun 2017 dan tahun sebelumnya, Pemkab Mesuji lewat Dinas pendidikan dan Kebudayaan(Disdikbud) Kabupaten Mesuji dibidang kebudayaan, hanya
menggelontorkan dana dari APBD Mesuji senilai 700 juta pertahun untuk bidang kebudayaan.

Hal itu diketahui, dari keluhan Lasmidi, Kepala Bidang (kabid) Kebudayaan Disdikbud Mesuji kepada ragamlampung.com.

“Kami, hanya mendapatkan kucuran dana dari APBD Mesuji 700 juta ditahun ini, sama seperti ditahun sebelumnya. Dan, dana itu tak cukup bila dipaksakan untuk membuat event atau festival besar seni budaya seperti Kabupaten Tubaba itu. Selama ini, kami rutin hanya mengadakan event-event biasa, seperti pawai budaya,” ungkap Lasmidi,
melalui via telpon, Sabtu, 1/4/2017.

Ungkapan Lasmidi itu, pun tuai keluhan dari pengampu Lamban Sastra Isbedy Stiawan. Menurutnya, apa yang dilakukan pemerintah dalam menumbuhkembangkan senibudaya,
cenderung parsial atau kulitnya saja.

“Seperti pawai budaya yang hanya memperlihatkan pakaian adat, bukan kebudayaan yang menyeluruh,” cetus Isbedi.(gst)

Share :